Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Skema Ponzi, Monkey Business, dan Logika Investasi

21 Februari 2022   08:00 Diperbarui: 23 Februari 2022   18:45 2164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aset kripto|dok. flickr.com, dimuat katadata.co.id

Dalam beroperasi, pengelola investasi dengan skema ponzi ini bisa saja memakai nama koperasi, arisan online, atau bahkan nama yang berbau syariah. 

Lazim pula skema tersebut disebut skema piramid bila keanggotaannya bertingkat, di mana anggota lama akan mencari "kaki" beberapa anggota baru, mirip multilevel marketing. 

Kaki-kaki tersebut ingin naik menjadi "pinggang" dengan mencari orang lain sebagai kakinya. Nah, kaki itulah yang tinggal menunggu waktu akan menjadi korban.

Monkey Business berbeda dengan Skema Ponzi. Jika diterjemahkan, monkey business adalah bisnis monyet. Sering para financial planner (perencana keuangan) menceritakan kisah berikut ini pada berbagai pelatihan yang diberikannya.

Ceritanya kalau ditulis ulang kurang lebih seperti ini. Tersebutlah Pak Rakus datang bersama ajudannya Si Otong ke sebuah desa Antah Berantah.

Mereka mengumumkan kepada warga desa lagi memerlukan banyak sekali monyet. Warga yang bisa menangkap monyet agar menjual monyet tersebut kepada Pak Rakus dan dihargai Rp 100.000 per ekor. 

Maka, monyet yang hidup bebas di hutan pinggir desa yang selama ini tidak begitu berharga menjadi buruan warga desa. Sesuai janji Pak Rakus, monyet-monyet itu ditebus Rp 100.000 per ekor.

Selanjutnya monyet itu dimasukkan ke dalam kandang yang dipelihara oleh Si Otong. Ketika monyet makin langka, Pak Rakus mengumumkan harga monyet naik menjadi Rp 250.000 per ekor.

Warga kembali bersemangat berburu hingga masuk ke hutan yang lebih jauh dari sebelumnya. Kandang monyet Si Otong pun makin penuh.

Anehnya, Pak Rakus betul-betul rakus karena ia belum puas saat setoran monyet mulai langka kembali. Memang, kalau semua warga berburu monyet, tentu monyet yang masih berkeliaran di hutan lama-lama akan habis.

Pak Rakus mengumumkan bahwa harga monyet dinaikkan lagi jadi Rp 500.000 per ekor. Setelah pengumuman tesebut tersebar, Pak Rakus justru pergi ke luar daerah, katanya ada keperluan mendadak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun