Bahwa kalau dilihat dari gerakan massa yang turun ke jalan seperti angkatan 66 dan 98, jelas anak sekarang jarang melakukannya.
Namun, seperti yang disinggung di awal tulisan ini, kondisi setiap zaman berbeda-beda. Sekarang, aksi turun ke jalan malah kurang efektif.
Toh, menyampaikan aspirasi dan menggerakkan massa secara lebih cepat, dapat dilakukan melalui media sosial.
Bahwa sebagian remaja hanya sibuk pamer bergaya narsis di media sosial, memang begitulah adanya.
Demikian pula sebagian pemuda yang terbelah secara politik dan saling menghujat, sampai sekarang masih ada.
Namun, tolong lihat dengan objektif anak muda kreatif yang membantu pelaku usaha mikro memasarkan produknya secara online.Â
Lihatlah anak muda yang menggalang bantuan untuk para korban Covid-19, korban bencana alam, dan korban-korban lainnya.
Prestasi "raksasa" juga ditunjukkan oleh beberapa perusahaan rintisan (startup) Indonesia yang mampu bersaing secara global.
Atau, mari kita bicara yang "kecil" karena jarang terungkap di media, anak muda yang jadi petani keren sudah muncul di beberapa daerah.
Tak sedikit pula yang jadi pengajar di tempat terpencil, yang jadi penggerak desa wisata, yang jadi penggerak bank sampah, dan sebagainya.
Kemudian, banyak pelajar Indonesia yang memenangi Olimpiade Matematika, Olimpiade Fisika, atau Olimpiade lainnya.