Betapa seringnya kita mendengar generasi yang lebih tua berkisah tentang kehebatannya di masa muda dan sekaligus menyampaikan penilaian tentang generasi muda sekarang yang tidak sehebat generasi sebelumnya.
Memang, sekilas pendapat itu ada dasarnya. Misalnya kalau kita membaca buku-buku sejarah Indonesia. Pada usia sangat muda, Soekarno dan Hatta telah melahirkan pemikiran besar.
Tidak sekadar pemikiran, tapi kedua tokoh tersebut juga menjadi yang terdepan dalam pergerakan melawan penjajahan Belanda, sehingga wajar bila kemudian menjadi dwi tunggal proklamator kemerdekaan RI.
Hanya saja, membandingkan prestasi antar generasi tidak bisa begitu saja, karena kondisi serta tantangan di setiap zaman berbeda-beda.
Soekarno-Hatta yang merupakan angkatan 45 memang sangat heroik. Tapi, angkatan 45 terbantu dengan perjuangan yang dirintis oleh angkatan 28 yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Melalui Sumpah Pemuda, para pemuda dari berbagai suku, ras, dan agama, bersatu padu. Persatuan itulah yang melapangkan jalan bagi angkatan 45.
Kemudian muncul lagi angkatan 66 antara lain yang terhimpun dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang menumbangkan kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya kita mengenal gerakan mahasiswa angkatan 98 yang mengakhiri kekuasaan Presiden Soeharto selama Orde Baru dan sekaligus melahirkan Orde Reformasi.
Lalu, sekarang muncul kritikan bahwa tokoh-tokoh reformasi begitu duduk menjadi pejabat, tetap ada saja yang masih mempraktikkan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Pertanyaannya, apa yang telah dilakukan pemuda masa kini agar cita-cita reformasi jangan hanya sekadar slogan, tapi mampu diwujudkan?
Tapi, jangan buru-buru menilai anak muda sekarang hanya sibuk bermedia sosial saja atau disebut juga dengan kaum rebahan.