Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pelaku UMKM Perlu Cari Kiat Baru agar Tetap Selamat

9 April 2020   06:29 Diperbarui: 9 April 2020   06:36 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kompas/ Yuniadhi Agung.

Tak ada lagi pedagang makanan di dekat area perkantoran, kampus, atau sekolahan yang dikerubungi pelanggannya pada sekitar jam makan siang. Tak ada lagi pedagang dadakan di sekitar masjid setiap ada acara pengajian atau sehabis pelaksanaan salat Jumat.

Terbayang gundahnya para pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, yang Senin (6/4/2020) sangat berharap boleh kembali membuka tokonya setelah ditutup tiga minggu, tahu-tahu masa penutupan diperpanjang lagi oleh Pemda DKI. Padahal banyak pedagang yang sudah datang ke tokonya.

Program Social Safety Net yang dilakukan pemerintah, memang bermaksud baik. Namun belum tentu para pelaku UMKM akan terdata dengan cermat dan menerima bantuan, karena mereka yang di Jakarta, banyak yang masih ber-KTP daerah asal.

Lalu soal dibolehkannya penerima kredit bank untuk menunda membayar cicilannya, jelas akan membantu. Tapi seberapa banyak para pedagang kecil yang menerima kredit dari bank? Bukankah masih banyak yang berutang ke famili sendiri, ke sesama pedagang, atau bahkan terjerat rentenir yang rajin datang ke pasar-pasar.

Bukannya program pemerintah itu kurang efektif, namun sebaiknya para pelaku UMKM jangan terlalu berharap untuk menerima bantuan dengan cepat. Terlalu berharap malah bisa mendatangkan kekecewaan.

Makanya tidak bisa tidak, pelaku UMKM perlu lebih kreatif. Bagi pelaku UMKM yang sudah tergolong kelas menengah, sebetulnya tidak terlalu mengkhawatirkan, karena rata-rata sudah mampu berbisnis secara modern.

Makudnya produknya didesain secara baik, dikemas dengan gaya kekinian, dipromosikan melalui media sosial, dan juga bisa didistribusikan dengan sistem antar jemput. 

Kalaupun mereka mempunyai gerai kecil  di mal, lebih sekadar alat promosi untuk konsumen yang masih senang berbelanja secara langsung. Sekarang karena ada physical distancing, mereka mampu beroperasi di mal dengan mematuhi kebijakan pemerintah.

Umpamanya dengan menyediakan alat pendeteksi suhu tubuh di pintu masuk. Hal ini akan meyakinkan pengunjung bahwa semua yang masuk adalah mereka yang sehat. Apalagi bila pengunjung yang tidak pakai masker tidak diperkenankan masuk.

Kemudian penting pula penampilan para pramuniaganya harus memakai masker dan sarung tangan. Bahkan salah satu gerai makanan seperti ditulis Kompas, Minggu (5/4/2020), menyemprotkan cairan disinfektan setiap satu jam sekali.

Ada juga gerai makanan yang mengukur suhu tubuh para pegawainya setiap beberapa jam sekali dan mencantumkannya di layar yang gampang dibaca pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun