Sony menutup mukanya dengan bantal yang bergambar foto Maya agar dia cepat bisa tidur, namun justru menambah galau hatinya. Sesekali Sony menjauhkan sedikit bantal itu sehingga wajah Maya nampak tersenyum kepadanya.
Sony cengar cengir. Membayangkan Maya, gadis impiannya akan selalu bersamanya sebab Sony telah mengangkat Maya sebagai sekretaris Presiden Direktur Sonnn.Inc. Dan sama artinya menjadikan Maya sebagai sekretaris pribadinya. -- Otak licik Sony merancang dan berandai-andai jika semua itu telah menjadi kenyataan saat mereka tiba di Amerika. --
Namun kembali lagi kebahagiaan Sony sedikit terusik oleh bayang-bayang siapakah pria yang akan menemani Maya ke Amerika.
"Tadi Maya memberi kisi-kisi bahwa gue mengenal pria itu. Dan sering berbincang-bincang dengan pria misterius itu. Tetapi siapakah sebenarnya dia? Siapakah pria yang Maya maksud?"
"Bowo? Office boy berbadan tambun itu? Iiihhh, masa sih Maya mau ditemani Bowo?"
"Tidak mungkin, bukan?"
Sony pun mencoba menenangkan diri. Dia bangkit dari ranjangnya. Berjalan menuju kamar mandi. Sony berendam air hangat sambil menikmati lagu-lagu Rock'N Roll kesukaannya.
Tak lupa mainan bebek karet warna kuning alias Rubber Duck Bath Toy selalu setia menemani Sony berendam di bathup pribadinya.
Sejak berumur 2 bulan, ibu Sony telah meninggalkannya. Ibu Sony marah sekali karena tersinggung oleh keputusan sepihak kakek Sony yang memaksanya untuk menikah dengan ayah Sony yang tidak dicintainya.
-------
Sejak masa kanak-kanak Sony berprilaku tidak normal seperti teman-temannya. Sony yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu, tumbuh menjadi pria aneh. Sering berulah seperti balita.