Perilaku seseorang 100% dikendalikan oleh orang itu sendiri, demikian pula semua tindakan atau perbuatan dikontrol oleh otak orang yang bersangkutan.------
Sambil menunggu Chelsea selesai membuat kopi khas ala Chelsea, gue duduk santai melihat acara TV kabel. Sebuah film drama menceritakan kehidupan seorang gadis sebatang kara, yang hidup sendirian berkelana dan dengan susah payah berusaha keluar dari kesengsaraannya.
"Film apa itu, Bang?" tanya Chelsea.
"Sini, keren banget ini film." jawab gue singkat.
Chelsea pun mendekati gue dan memberikan secangkir kopi yang dia janjikan. Gadis berkulit putih bersih itu mengenakan celana pendek bahan kain agak tipis dan mengenakan tangtop. Celsea sangat polos, tidak pernah berpikir bahwa laki-laki bisa menjadi sangat berbahaya bagi dirinya jika dipicu oleh cara berpakaian seperti itu.
Walau agak tergoda melihat kemolekan tubuhnya, gue paksa mata gue beralih ke arah permukaan kopi itu. "Waooww, ada tulisan All? Bagaimana kamu membuatnya?"
"Jika kopi diseduh ..., ditambah gula dan creamer .... lalu diaduk berputar-putar. Kenapa bisa membentuk tulisan All?" tanya gue keheranan.
"Mudah banget Bang. Mu .. dah bi .. ngit ..."
"Ntar kapan-kapan Chelsea ajarin deh." katanya membuat gue makin penasaran.
"Jangan lihat dan terpesona oleh bentuknya saja dong, Bang. Coba dulu rasanya .... ."
"Tidak ada gunanya tampilan keren tetapi rasanya nggak enak. Betul tidak, Bang All?"
"Iya betul. Betul sekali kamu. Kamu pintar sekali?" gue sanjung dia sambil mencubit hidungnya yang imut.
--------
"Emmm ... bentar ya, gue cicipin dulu kopi ini."
"Hmm ... wangi. Kopi ini enak sekali. Beda ... beda ... beda banget. Wangi kopi ini beda banget." gue cium aroma berbeda dari kopi biasa yang gue seduh.
Gue terheran-heran bagaimana cara membuatnya, padahal kopi yang diseduhnya, sama seperti kopi tubruk di toples yang biasa gue buat.
Gue tiup kopi panas itu beberapa kali supaya agak dingin, lalu bibir gue dekatkan ke tepi cangkir putih itu. Gue minum sedikit demi sedikit. "Hmmm ... nikmat sekali .... ."
------
Mata gue melirik ke arah Chelsea yang sejak tadi ingin mendengar pendapat gue tentang kopi yang dibuatnya.
"Bagaimana kopi bikinan Chelsea, Bang? Enak nggak?"
Beberapa detik gue memikirkan jawaban paling tepat untuk menggambarkan kenikmatan kopi buatannya.
"Hmmm ... Dahsyat. Luar biasa. Beda banget dengan kopi lainnya."
Chelsea pun tersenyum bangga. "Siapa dulu yang membuat?"
------
Kami berdua menikmati kehangatan malam itu. Menyantap habis semua sandwich sepesial ala Chelsea. Makin nikmat sempurna dipadu dengan kopi buatannya.
Sejam lebih kami nonton bareng film itu. Celsea terlihat begitu menghayati alur ceritanya. Mungkin karena kehidupan Chelsea mirip sekali dengan tokoh utama di film durasi panjang itu.
Sesekali dia terisak terbawa suasana haru dalam alur cerita film itu. Gue selalu hapus air matanya dengan tisu.
Terlihat Chelsea samakin serius menonton film drama itu, dia ingin melihatnya hingga selesai. Diapun mulai manja menyender di bahu kanan gue. Gue membiarkannya. Gue berpikir Celsea butuh kasih sayang seorang ayah atau kakak laki-laki yang selama ini dia dambakan namun tidak pernah menemukannya kembali.
-------
Di saat yang sama, di dalam diri gue berkecamuk berbagai suntikan-suntikan pikiran. Baik pikiran terpuji maupun pikiran jahat. Terjadi diskusi dan debat seru dibenak gue, antara bagian diri gue yang satu dengan bagian-bagian diri gue lainnya.
-- Yang gue maksud adalah dibenak setiap orang pasti tergambar satu figur atau beberapa figur yang mewakili sifat-sifat dan karakter asli kita. --
Ketika kita melihat, menyentuh, mencium atau merasakan sesuatu pasti akan terjadi reaksi seru di otak kita.
Inilah yang gue alami dan rasakan. Dan pasti terjadi di otak semua laki-laki normal. Jika dihadapkan di situasi yang sama.
Ketika di samping gue ada seorang gadis berkulit putih bersih dengan paras menarik, mengenakan celana pendek berbahan kain agak tipis dan tangtop. Selalu bermanja-manja dengan gue. Dan bukan keluarga atau kerabat gue, tidak ada hubungan darah.
Sebagai laki-laki normal pasti akan timbul pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan yang sulit dikendalikan. Pikiran jahat pasti lebih mendominasi di situasi seperti itu. Apalagi di rumah gue hanya ada gue dan Chelsea si gadis manja itu.
------
Namun prinsip hidup yang gue pegang erat bahwa semua bisa dikendalikan oleh pikiran kita. Segala tindakan dapat diatur, ditata, dibatasi oleh otak kita. Otak merupakan pusat komando semua tindakan kita. Tidak ada satupun tindakan dapat dilakukan oleh tubuh kita jika otak kita tidak memerintahkannya.
Jika otak memerintahkan untuk melakukan kejahatan maka perbuatan jahat akan otomatis dilakukan oleh tubuh kita. Sebaliknya jika otak memerintahkan kebaikan, maka tubuh kita akan melakukan hal-hal yang baik.
Gue tidak berbicara dari sisi kepercayaan atau ajaran agama tertentu. Sebab menurut gue semua tindakan kita dikendalikan oleh otak kita. Faktor eksternal hanya merupakan pendorong atau pemicu yang mempengaruhi otak untuk memerintahkan sebuah tidakan yang akan dieksekusi tubuh kita.
Jadi wilayah yang harus kita jaga dan kendalikan dengan baik adalah wilayah otak kita. Mind atau pikiran itu sebutan sederhananya. Gue katakan ini terutama bagi kita kaum lelaki. Namun tentu semua wanita, perempuan, gadis remaja harus belajar mengetahui apa isi otak laki-laki.
Jika tidak tahu apa isi otak laki-laki? Tanyakan kepada ayah atau suami atau kakak laki-laki, atau adik laki-laki kamu. Atau tanya pak Guru, pak RT, pak RW, pak Lurah, pak Camat, pak Walikota, pak Gubernur, pak Menteri, pak DPR, atau pak Presiden.
-------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H