Chelsea pun tersenyum bangga. "Siapa dulu yang membuat?"
------
Kami berdua menikmati kehangatan malam itu. Menyantap habis semua sandwich sepesial ala Chelsea. Makin nikmat sempurna dipadu dengan kopi buatannya.
Sejam lebih kami nonton bareng film itu. Celsea terlihat begitu menghayati alur ceritanya. Mungkin karena kehidupan Chelsea mirip sekali dengan tokoh utama di film durasi panjang itu.
Sesekali dia terisak terbawa suasana haru dalam alur cerita film itu. Gue selalu hapus air matanya dengan tisu.
Terlihat Chelsea samakin serius menonton film drama itu, dia ingin melihatnya hingga selesai. Diapun mulai manja menyender di bahu kanan gue. Gue membiarkannya. Gue berpikir Celsea butuh kasih sayang seorang ayah atau kakak laki-laki yang selama ini dia dambakan namun tidak pernah menemukannya kembali.
-------
Di saat yang sama, di dalam diri gue berkecamuk berbagai suntikan-suntikan pikiran. Baik pikiran terpuji maupun pikiran jahat. Terjadi diskusi dan debat seru dibenak gue, antara bagian diri gue yang satu dengan bagian-bagian diri gue lainnya.
-- Yang gue maksud adalah dibenak setiap orang pasti tergambar satu figur atau beberapa figur yang mewakili sifat-sifat dan karakter asli kita. --
Ketika kita melihat, menyentuh, mencium atau merasakan sesuatu pasti akan terjadi reaksi seru di otak kita.
Inilah yang gue alami dan rasakan. Dan pasti terjadi di otak semua laki-laki normal. Jika dihadapkan di situasi yang sama.