Penting nih untuk ditekankan, Sobat Kompasianer, bahwa debat juga bisa jadi ajang kritik dan refleksi. Bukan hanya untuk calon wakil presiden, tapi juga untuk kita sebagai pemilih.
Ketika kita duduk manis di depan layar dan mendengarkan argumen mereka, sebenarnya kita lagi melihat cermin.
Apa yang kita anggap penting? Apa yang membuat kita merespon positif atau negatif? Di situlah kita bisa mulai merenung, apakah kita sudah cukup kritis dalam menyikapi isu-isu ini.
Debat seharusnya menjadi pendorong untuk kita semua untuk lebih aktif dan kritis, bukan sekadar penonton yang pasif.
Debat sebagai Mesin Pemikiran Kritis
Nah, Sobat Kompasianer, dengan semua dampak positif yang bisa dihasilkan, debat cawapres 22 Desember 2023 lalu berhasil menciptakan gelombang antusiasme elektoral di kalangan kita.
Meskipun tak bisa dipungkiri, ada juga yang menganggap bahwa debat ini masih butuh sentuhan lebih untuk lebih mendalam. Yang pasti, debat ini telah memberikan kita semua sesuatu untuk dipertimbangkan, dievaluasi, dan diperdebatkan.
Jangan lupa, meskipun debat adalah satu dari banyak faktor yang memengaruhi pilihan kita, kita tetap punya kendali penuh atas suara kita sendiri.
Mari kita jadikan debat sebagai mesin pemikiran kritis kita, sebuah tonggak untuk lebih peduli pada masa depan kita bersama.
Sampai jumpa di debat selanjutnya, Sobat Kompasianer! Tetap kritis dan semangat untuk terus berpartisipasi dalam proses demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H