Kita sekolahkan generasi-generasi kita ke sana dengan suka cita. Dari calon raja, militer, guru, agamawan kita sekolahkan disana. Hasilnya sebagian besar mereka menjadi duta-duta adidaya di negara kita sendiri.
Jumlah mereka tidak lebih banyak dari jumlah kita.Tetapi perwakilan dan duta-duta mereka tesebar luas, dan bahkan kita sendiri bangga dengan kehadiran mereka.
Kekayaan mereka tidak lebih banyak dari jumlah kekayaan yang tertanam di negara-negara kita, tetapi kita lebih nyaman dikelola mereka, dan kita terima beres walaupun harus membelinya kembali.
Nah, jika presiden dan menteri-menterinyanya hasil didikan mereka, militer, media, bahkan ulama-ulama keagamaan juga hasil didikan mereka. Sudah dapat dibayangkan peta perjuangan mereka berkiblat ke arah mana?!
Dampaknya, tatkala kita ditindas oleh negara adidaya, seperti halnya Palestina oleh Israel dan sekutunya, kita tidak bisa berbuat banyak. Hanya doa yang bisa dipanjatkan, mengirimkan obat-obatan dan makanan. Bukan berbuat sesuatu yang lebih prinsipil yang bukan hanya mengobati perang sesaat, tapi mencegah perang selama-lamanya.
Memang ini bukanlah perkara mudah, apalagi ditengah-tengah ekeonomi yang sangat bergantung kepada mereka. Di tengah-tengah utusan-utusan mereka—baik asing dan orang pribumi—yang dengan gigihnya mempromosikan agenda dan menggiring pemikiran kita untuk menyutuji, mengikuti dan mendukung visi-misi mereka.
Apa Yang Harus Kita Lakukan?
Dahulu mungkin ada aksi heroik, seperti raja Faisal yang memboikot pasokan minyak Saudi ke Amerika. Jelas Amerika kelimpungan,seperti ikan tanpa air. Dulu ada Sukarno yang berani menekan kebijakan-kebijakan politik Amerika. Salah satunya dengan melancarkan nasionalisasi perusahaan-prusahaan migas asing di Indonesia. Atau Mesir, dan beberapa negara lainnya yang saat itu bersatu menekan Israel.
Sekarang, gerakan-gerakan itu tidak pernah terlihat lagi. Permasalahannya bukan tidak berani, tapi memang tidak ada niat samasekali. Wong yang menjadi pemimpin-pemimpin dari mulai birokrasi, pendidikan, militer bahkan agama di negara-negara muslim adalah didikan mereka. Jadi mau bagaimana lagi. Apa yang bisa diharapkan?!
Warga Palestina adalah makhluk-makhluk pilihan yang penyabar. Walaupun hidup dalam kesempitan dan peperangan tapi tetap bertahan engganuntuk mengungsi.
Ketika mereka ditanya kenapa enggan mengungsi, ke Yordan atau negara tetangga lainnya? Mereka menjawab: “Jika kami lari dari tanah ini (Palestina), maka siapa lagi yang akan menjaga masjid Al-Aqsha? Siapalagi yang akan menjaga tanah wakaf umat Islam? Biarkan kami tetap di sini,mewakili kalian (seluruh umat Islam di dunia)”