Mohon tunggu...
Muhammad Irsa Bagus
Muhammad Irsa Bagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 ARSITEKTUR | NIM 41221010002

Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan Aristotle

25 Oktober 2024   00:58 Diperbarui: 25 Oktober 2024   01:34 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi membawa tantangan baru, seperti perbedaan nilai dan norma antara budaya. Dalam konteks global, apa yang dianggap sebagai kebajikan di satu budaya mungkin tidak berlaku di budaya lain. Hal ini menciptakan kesulitan dalam penerapan prinsip Aristotelian secara konsisten di tingkat global, di mana pemimpin harus beroperasi dalam lingkungan yang beragam.

Solusi

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini meliputi:

  • Pengembangan Kemampuan Lintas Budaya: Pemimpin harus mengembangkan kemampuan untuk beroperasi di berbagai budaya dan memahami perbedaan nilai-nilai yang mungkin ada. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan lintas budaya dan pengalaman kerja internasional.
  • Kolaborasi Global yang Etis: Memfasilitasi dialog dan kolaborasi antara pemimpin dari berbagai negara untuk membahas tantangan etika global dan mencari solusi yang dapat diterima oleh berbagai budaya. Ini akan membantu membangun pemahaman yang lebih baik dan menghargai perbedaan.
  • Integrasi Nilai Universal: Mencari nilai-nilai universal yang dapat diterima di berbagai budaya, seperti keadilan, integritas, dan tanggung jawab, yang dapat menjadi dasar untuk menerapkan prinsip Aristotelian dalam konteks global.

7. Krisis Kepercayaan terhadap Pemimpin

Tantangan

Banyak organisasi dan masyarakat mengalami krisis kepercayaan terhadap pemimpin mereka, sering kali sebagai akibat dari skandal atau keputusan yang tidak etis. Dalam situasi ini, penerapan prinsip Aristotelian menjadi lebih sulit, karena masyarakat cenderung skeptis terhadap niat baik pemimpin dan melihat mereka sebagai tidak dapat dipercaya.

Solusi

Untuk membangun kembali kepercayaan, pemimpin harus:

  • Menunjukkan Akuntabilitas: Mempertanggungjawabkan tindakan mereka dan bersedia untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil. Tindakan transparan ini dapat membantu memperbaiki citra pemimpin.
  • Membangun Hubungan yang Kuat: Mengembangkan hubungan yang kuat dengan tim dan pemangku kepentingan, yang didasarkan pada komunikasi terbuka dan saling menghormati. Hubungan yang baik dapat membantu meningkatkan kepercayaan.
  • Berfokus pada Tindakan Nyata: Mengambil langkah konkret untuk menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai etika dan kebajikan, seperti menerapkan kebijakan yang adil dan memberikan dukungan bagi anggota tim.

8. Tantangan dalam Membangun Budaya Organisasi yang Berbasis Kebajikan

Tantangan

Menciptakan budaya organisasi yang mendukung nilai-nilai Aristotelian memerlukan usaha yang signifikan dan sering kali menghadapi resistensi dari karyawan atau pemangku kepentingan yang lebih memilih pendekatan pragmatis. Ketika kebudayaan organisasi lebih berfokus pada hasil finansial, memperkenalkan prinsip kebajikan dapat menjadi tantangan yang kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun