Beda halnya jika ternyata obat tersebut memiliki indeks terapi sempit (Narrow Therapeutic Index). Perbedaan kecil dosis dalam darah dapat berisiko memberikan efek toksik atau kegagalan terapi yang serius bagi pasien. Contoh obat dengan indeks terapi sempit misalnya Digoxin.
2. Risiko Efek Adiksi
Sembarangan meningkatkan dosis obat terutama obat-obat yang termasuk dalam golongan narkotika, psikotropika, atau golongan obat-obat tertentu (OOT), dapat berisiko menimbulkan adiksi (ketagihan).Â
Contoh, pasien-pasien yang menerima pengobatan anti-anxietas dan anti-depresan tidak boleh sembarangan menaikkan dosis yang tujuannya semata-mata supaya lebih mudah tertidur. Atau pasien yang mengonsumsi Tramadol sebagai anti nyeri, tidak boleh sembarangan menaikkan dosis demi menghilangkan rasa sakit.
3. Semakin Sulit Sembuh
Ketika pola ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat berlangsung secara berulang, tidak menutup kemungkinan toleransi tubuhnya terhadap obat tertentu akan semakin tinggi. Dengan demikian pasien akan semakin sulit untuk sembuh karena dosis harus dinaikkan dan frekuensi pengobatan akan lebih lama.
Sudah banyak sekali sosialisasi dan edukasi yang dilakukan para praktisi kesehatan mengenai resistensi antibiotik. Ya, resistensi antibiotik benar-benar tidak boleh dianggap remeh karena risikonya sangat besar.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh Resistensi Antibiotik
Pasien yang tidak patuh dan minum antibiotik secara tidak teratur sesuai resep dokter atau bahkan berhenti di tengah jalan karena merasa sudah sembuh, sangat berisiko mengalami resistensi antibiotik.Â