Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi Buku] Menikmati "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier"

21 Oktober 2021   09:00 Diperbarui: 21 Oktober 2021   16:59 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier" | Dokumentasi pribadi

Cerita ini juga sangat relate dengan saya meski root cause yang diilustrasikan dalam cerita ini sedikit berbeda dengan yang saya alami.

Intinya sebelum kita menyatakan tidak suka dengan atasan kita, ada baiknya justru kita introspeksi diri lebih dulu.

Apakah kita sendiri yang terlalu asumtif, karena kita tidak tahu hal-hal seperti apa yang sudah dialami oleh atasan kita hingga kita merasa sikap atasan sangat menyebalkan, annoying, bahkan toksik. Atau memang akar permasalahannya berasal dari atasan kita.

Saya sependapat dengan penulis bahwa dalam dunia kerja, kita tidak harus suka dengan atasan kita, tapi yang penting dapat bekerja sama. Syukur-syukur bisa jadi teman juga.

Tapi kalau kita sudah introspeksi dan root cause tidak ada pada diri kita, ya tinggal keputusan kita sendiri apakah ingin tetap bertahan berada di bawah supervisi atasan kita, yakni dengan mencoba mencari sisi lain atasan yang lebih cocok dengan kita. Atau mencari atasan baru di tempat lain? It's up to you.

Bosku Gila, Sampai Hal Personalku Pun Dikomentari

Kisah ini juga sangat relate dengan saya karena pernah memiliki atasan semacam ini. Tapi bedanya, kalau di cerita tersebut digambarkan bahwa si bos berkomentar karena ulah bawahannya sendiri yang menampilkan personal branding yang tidak mewakili perusahaan, sementara saya tidak.

Kebetulan, si bos memang suka mengomentari bahkan sering terkesan mengatur kehidupan pribadi anak buahnya.

Tapi balik lagi, sebelum kita merasa terganggu dengan komentar-komentar tersebut, ada baiknya kita introspeksi diri lebih dulu.

Apakah hal-hal yang dikomentari memiliki efek merugikan terhadap performa kerja kita sebagai karyawan atau bahkan citra perusahaan.

Kalau tidak, ya tidak usah dengarkan. Ingat kita tidak dapat membuat semua orang senang terhadap kita, bukan? Kehidupan pribadi adalah milik kita, tapi kita tetap harus profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun