Meskipun kesetaraan gender dan emansipasi wanita telah digaungkan oleh R.A Kartini sejak zaman baheula, boleh dibilang saat ini masih saja ada pihak-pihak tertentu yang tidak sejalan, terutama dalam dunia kerja.
Hal tersebut karena tidka sedikit masyarakat Indonesia yang masih menganut budaya patriarki, di mana kaum pria lebih diutamakan dan ditonjolkan.
Oleh sebab itu, terkadang ketika posisi karier atau gaji yang diperoleh seorang wanita atau istri lebih tinggi dari pasangannya, justru membuat si wanita merasa was-was.
Mereka takut pasangannya merasa insecure dan berujung pada kehancuran hubungan mereka. Kondisi ini terkadang membuat wanita merasa terpaksa untuk memilih antara karier yang diimpikannya atau relasi dengan pasangannya.
Saya setuju dengan pendapat penulis, bahwa posisi karier atau pendapatan yang lebih tinggi yang dimiliki seorang wanita, bukan menjadi alasan bagi pasangannya untuk merasa insecure, terutama ketika wanita tetap menghargai pasangannya meskipun ia memiliki privilege tersebut.
Umumnya, memenuhi kebutuhan ekonomi mendasar, pendidikan anak, dan aktualisasi diri adalah landasan wanita dalam bekerja. Nah hanya pria yang berjiwa besar yang bisa merasa bangga dan mendukung pasangannya tersebut.
Pindah atau Tetap di Perusahaan yang Sama?
Suatu waktu, saya pernah mengalami momen dilema seperti ini. Saya sepakat dengan penulis, bahwa membuat keputusan dan memilih dalam kondisi seperti ini bukan sesuatu hal yang mudah. Apalagi ketika saya sudah lama bekerja dan berada pada zona nyaman.
Tapi tentu masing-masing memiliki alasan tersendiri jika ingin pindah perusahaan. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Plus-minus, hingga risiko-risiko yang mungkin akan timbul ke depannya.
Jangan sampai kita membuat keputusan dengan terburu-buru, dalam keadaan emosi, dan tanpa persiapan apapun. Rencanakan dengan baik, agar ketika memutuskan untuk pindah, justru membuat kita lebih maju dan berkembang.
Aku Tidak Suka dengan Atasanku