Tapi terkadang orang-orang di sekitar kita (atau mungkin yang terdekat dengan kita) suka mengomentari hal-hal yang tidak perlu. Pada saat itulah kita perlu menyaring mana yang kira-kira bisa kita ikuti, mana yang tidak. Mengikuti dan mendengarkan semua yang dikatakan orang, hanya membuat kita pusing dan tidak bisa menjadi diri sendiri.
3. Hati-hati dalam Berbicara
Sejalan dengan paragraf pembuka di atas, penting sekali bagi kita untuk berhati-hati dalam berbicara. Mulutmu harimaumu.
Kata-kata yang munurut kita biasa saja, belum tentu bisa diterima orang lain. Kata-kata yang kita anggap sebagai bentuk kritik, bisa dianggap orang lain sebagai penghinaan.Â
Dan dalam konteks tertentu, berbicara tanpa dasar atau data hanyalah omong kosong. Bicara tanpa pemahaman akan suatu akar masalah, tidak akan menghasilkan solusi. Oleh sebab itulah mengapa alangkah baiknya kita harus berpikir dulu sebelum berbicara.
Lah, kalau mikir melulu keburu disikat orang dong. Yang penting teriak dulu supaya orang memperhatikan kita. Kalau salah ya tinggal minta maaf.
Memang terdengar gampang dan untuk dalam kondisi tertentu mungkin ada benarnya juga. Tapi kalau kita membudayakan cara seperti itu, tidak akan ada respect dan rasa percaya dari orang lain untuk kita.
4. Hati-hati dalam Bertindak dan Melangkah
Kurang lebih sama dengan poin ketiga tadi. Sebelum melakukan suatu tindakan kita harus memikirkan konsekuensi yang mungkin akan timbul. Bila perlu menilai plus-minusnya dan jangan tergesa-gesa.Â
Suatu tindakan yang benar saja belum tentu baik hasilnya. Apalagi kalau kita asal bertindak. Maka ada benarnya nasihat supaya kita jangan memutuskan suatu hal yang besar dalam keadaan emosi (marah, sedih, atau senang).
Berhati-hati sebelum bertindak, berarti kita sudah mengukur keberhasilan atau kegagalan yang akan dihadapi, sehingga kita bisa melakukan persiapan-persiapan yang dibutuhkan supaya tidak terperosok.