Mungkin pembaca lebih sering mendengar orang berkata, "Pikir dulu sebelum bicara," atau "Pikir dulu sebelum bertindak." Intinya berpikir adalah hal yang harus dilakukan lebih dulu sebelum yang lainnya, sebagai suatu perwujudan kehati-hatian.
Tapi setelah saya pikir-pikir, kehati-hatian yang utama adalah hati-hati dalam berpikir. Maksudnya gimana ini?
Thanks to God, karena Dia telah menciptakan kita begitu sempurna dengan miliaran neuron (sel saraf) untuk mendukung kehidupan kita. Jaringan saraf di dalam tubuh kita ini ruwetnya minta ampun, termasuk jaringan saraf di otak yang bisa membuat kita berpikir. Entah itu berpikir secara sistematis atau ikutan ribet kayak jaringan saraf tadi.
Pernah dengar orang bilang seperti ini gak? "Duh, kenapa sih lo mikirnya ribet banget? Gak bisa dibikin simple aja apa?" atau "Mikir tuh jangan negatif melulu, pantesan aja lo gak pernah bisa happy."
Nah, dalam berpikir kita juga harus hati-hati. Pada dasarnya pikiran adalah pusat kendali tubuh kita. Kita bisa saja berpikir kritis, berlogika, dan lain sebagainya. Tapi tentu semua ada kadarnya. Jangan sampai kita membiarkan pemikiran sendiri berkelana ke mana-mana untuk sesuatu yang tidak penting atau negatif.
2. Hati-hati dalam Mendengar dan Melihat
Hati-hati yang saya maksud di sini lebih ke bagaimana kita menyaring informasi yang kita dengar atau kita baca. Zaman serba digital dan serba online seperti sekarang ini, ada plusnya ada juga negatifnya.
Di satu sisi sekarang kita bisa dengan mudah memiliki akses (ibaratnya hanya bermodal jempol) dalam memperoleh informasi apapun yang diinginkan. Tapi di sisi lain, orang jadi terlalu malas dalam memverifikasi kebenaran informasi yang diterima.Â
Maunya jadi yang paling up to date supaya dianggap keren. Begitu dapat informasi, langsung forward sana-sini. Begitu dengar informasi, langsung cerita sana-sini. Terus kalau ternyata informasinya tidak valid bagaimana? Ya tinggal bilang, "Maaf, soalnya dari grup sebelah." Ckckck...
Akan semakin runyam kalau orang yang mendengar atau membaca informasi yang diragukan kebenarannya, justru menelan bulat-bulat. Sudah pasti akan merugikan mereka bukan?
Menyaring hal-hal yang ingin kita dengar atau tidak juga merupakan suatu bentuk kehati-hatian. Karena hak kebebasan berpendapat di Indonesia dijamin dalam Undang-Undang Dasar, siapapun berhak mengutarakan pendapat.