Namun pada pasien yang tidak membutuhkan dukungan pernafasan, pemberian Dexamethasone tidak berpengaruh.
Hasil penelitian awal ini menunjukkan bahwa Dexamethasone baru sebatas membantu survival pasien Covid-19 yang parah dengan mengatasi radang akibat infeksi Covid-19. Bukan untuk mencegah atau menyembuhkan (membunuh virus) Covid-19.
Jangan Gunakan Dexamethasone Secara Sembarangan
Oleh sebab itu, saya berharap masyarakat tidak mengulang tindakan seperti yang terjadi ketika Klorokuin dan Hidroksiklorokuin diduga berefek terhadap penyembuhan pasien Covid-19, yakni dengan membeli dan mengkonsumsi Dexamethasone secara sembarangan, atau bahkan di-stok pula.
Apalagi mentang-mentang disebut 'Obat Warung', belinya benar-benar di warung atau di tempat-tempat yang tidak terjamin keasliannya.
Alasan mengapa obat ini disebut 'Obat Warung' adalah karena harganya yang murah. Tak kalah murah dengan golongan Obat Bebas yang bisa dibeli di minimarket macam Paracetamol.
Perlu diingat bahwa Dexamethasone yang telah digunakan sejak tahun 60an ini, merupakan obat golongan kortikosteroid.
Itu berarti Dexamethasone termasuk dalam kategori Obat Keras, yang pembelian dan penggunaannya harus disertai resep dokter.
Dexamethasone mendapat julukan 'Obat Dewa' karena memang digunakan untuk mengatasi berbagai macam keluhan pasien, mulai dari inflamasi (radang), reaksi elergi pada kulit, nyeri, batuk-pilek. Pokoknya kalau pakai Dexamethasone, gejalanya pasti berkurang dengan cepat.
Meski begitu, perlu diketahui juga bahwa Dexamethasone memiliki sederet efek samping yang harus diwaspadai. Mulai dari mual-muntah, dispepsia (rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, bisa karena naiknya asam lambung/maag), kenaikan gula darah dan berat badan (karena peningkatan nafsu makan), hipertensi, gangguan irama jantung, dan lainnya.
Penggunaan jangka panjang juga dapat menyebabkan moon face (pembengkakan wajah) hingga gangguan siklus menstruasi dan pengeroposan tulang.