Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 dan telah mewabah di Indonesia selama kurang lebih empat bulan belakangan, betul-betul mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Tidak perlulah lagi saya ceritakan seperti apa dampaknya pada kesehatan dan kehidupan sosial masyarakat, perekonomian, pariwisata dan lainnya.
Pandemi ini bahkan mampu 'memaksa' kita untuk menerapkan tatanan hidup baru atau istilah bekennya saat ini: New Normal alias Kenormalan Baru.
Selama beberapa bulan terakhir, kita dipaksa untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan berinteraksi secara langsung dengan orang banyak.
Kebijakan Social Distancing dan Physical Distancing pun diterapkan. Semua harus tinggal di rumah kecuali ada urusan yang benar-benar penting.
Berdiam di rumah, sementara di luar sana kasus positif Covid-19 terus naik membuat masyarakat 'gerah' dan serba salah. Di satu sisi masyarakat takut terinfeksi, tapi di sisi lain kebingungan bagaimana harus bertahan hidup jika terus diam di rumah.
Selama itu pula, entah berapa banyak kabar hoax tersebar tentang seperti apa gejala dan bagaimana penularan Covid-19, hingga apa saja yang harus dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Masyarakat sempat chaos karena ada yang panic buying, sehingga beberapa komoditi seperti masker, hand sanitizer dan suplemen kesehatan yang mengandung Vitamin C mendadak hilang dari pasar. Kalaupun ada yang jual, harganya sudah tidak masuk di akal.
Menunggu Obat dan Vaksin Covid-19
Berhubung Covid-19 ini adalah jenis corona virus baru yang belum ada obat maupun vaksinnya, orang-orang langsung pada heboh setiap kali ada berita tentang obat yang dapat menyembuhkan pasien yang positif Covid-19. Contoh Obat HIV seperti Lopinavir dan Ritonavir, hingga Anti-Malaria seperti Klorokuin dan Hidroksiklorokuin.
Bahkan plasma darah dari pasien yang sudah sembuh pun (penyintas), sempat menjadi kandidat karena dianggap memiliki antibodi.