Tujuannya sih pastinya sebagai sumbangan untuk pemeliharaan desa adat. Namun tentu besaran nominalnya sesuai kemampuan dan keikhlasan pengunjung, alias tidak dibatasi.
Usai menari Tortor, pengunjung bisa melanjutkan berfoto-foto sebelum meninggalkan desa adat. Atau bagi yang ingin berbelanja cinderamata, tersedia deretan kios yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Batak.Â
Namun jangan lupa ditawar ya, karena menurut saya cara berjualan pedagang di sana agak kurang cocok dengan budaya pengunjung dari kota-kota besar.
Well, jujur saya sangat berkesan dengan Huta Siallagan ini karena selain tempatnya didesain dengan apik dan cantik, bersih, ilmu dan pengalaman yang kita dapat juga oke dan seru.Â
Kalau pembaca sekalian ada yang sedang jalan-jalan ke Pulau Samosir, Huta Siallagan sangat cocok untuk dimasukkan ke dalam daftar destinasi untuk merasakan secara langsung pengalaman budaya Batak. Dari sini pegunjung bisa melanjutkan berwisata ke Tuktuk karena letaknya juga tidak jauh.
Horas, horas, horas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H