Nistha adalah kategori manajemen yang mengacu pada manajemen tingkat dasar atau awal. Nistha berarti orang yang mempunyai pengetahuan dasar dan pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab kepemimpinan. Pada tingkat Nistha, pemimpin berfokus pada pelaksanaan tugas dengan baik, belajar dari pengalaman dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang lebih dalam.
2. Madya:
Madya adalah kategori kepemimpinan yang mengacu pada perjalanan kepemimpinan. - Madya mengacu pada seseorang yang memiliki pengetahuan kepemimpinan yang lebih luas dan dapat menangani tugas dan tanggung jawab dengan lebih efektif. Pada tingkat Madya, seorang pemimpin telah mengembangkan keterampilan untuk mengelola hubungan antarmanusia, memotivasi tim, dan mempengaruhi orang lain secara positif.
3. Utama:
Utama adalah jenis kepemimpinan yang mencapai tingkat keterampilan dan kompetensi kepemimpinan . Utama artinya orang yang mempunyai kebijaksanaan, kekuasaan, dan pengaruh yang besar dalam lingkungan pengelolaan. Seorang pemimpin tahu bagaimana mengarahkan dan menginspirasi orang lain, membangun strategi dan mencapai tujuan organisasi dalam skala yang lebih besar.
Ketiga jenis kepemimpinan ini mencerminkan tingkat perkembangan dan kepemimpinan yang dapat dicapai seseorang. Dengan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman kepemimpinan secara bertahap, seseorang dapat maju dari tingkat nistha ke tingkat menengah dan kemudian mencapai tingkat master dalam perannya sebagai seorang pemimpin.
* Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpukan bahwa korupsi bias terjadi Karen adanya kesempatan yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok, dengan merugikan kepentingan publik. Korupsi juga berdampak negatif pada pembangunan dan pengelolaan keuangan Negara, pelayanan pubik, dan masyarakat umum. Dari bergabai macam jenis suap korupsi disebabkan karena adanya ketidakadilan yang merasa bahwa korupsi dianggap sebagai jalan pintas untuk menerima keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan. Dorongan untuk memperoleh kekayaan dengan cara cepat dan tidak sah  bias menyebabkan seorang individu untuk terlibat dalam korupsi. Jika korupsi dianggap sebagai perilaku yang biasa atau diterima oleh masyarakat, maka kemungkinan terjadinya korupsi akan semakin tinggi dan mengakibatkan meningkatnya kesenjangan sosisal, ketidakadilan, dan kemiskinan dengan mengarahkan sumber daya publik pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Memicu konflik social, ketidakstabilan politik, dan ketidak nyamanan karena masyarakat merasa tidak puas dengan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh korupsi. Maka dari itu pencegahan dan penanganan korupsi membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah, instusi, dan masyarakat secara keseluruhan. Tindakan pencegahan yang proaktif, penegakan hukum yang efektif, serta partisipasi dan kesadaran masyarakat yang tinggi mejadi kunci mengurangi korupsi untuk membangun masyarakat yang berintegritas dan berkeadilan.
Dari gaya kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV selama masa pemerintahannya, dikenal sebagai penguasa yang bijaksana, yang berusaha menjaga kedaulatan dan otonimi wilayah kesultanan Mangkunegara. Saat terjadinya krisis ekonimi yang menyebakan munculnya permasalahan sehingga adanya reformasi untuk memperbaiki seluruh aspek kehudupan Mangkuneraga. Dari Gaya kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV yang berpendapat bawah seorang pemimpin harus memiliki kualitas tertentu agar bisa efektif. Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan yang tinggi, baik emosional maupun mental, untuk mengambik keputusan yang bijaksana dan memimpin secara efektif. Seorang pemimpin tidak boleh termotivasi oleh keuntungan pribadi, dan tetap harus memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin harus memiliki rasa kasih sayang terhadap bawahannya dan mampu memahami kebutuhan dan kekhawatiran mereka.
Pada masa itu KGPAA Mangkunegara IV membuat salah satu karya sastra Jawa yaitu Serat Wedhatama yang dianggap sebagai ajaran penting dalam tradisi sastra Jawa Kuno. Didalam Serat Wedhatama mengandung nasihat dan petunjuk etika, moralitas, serta panduan hidup untuk mencapai kedamaian dan keselarasan dalam kehidupan sehari-hari. Karya ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana seseorang harus hidup dengan bijaksana dan berprinsip. Ajaran-ajaran dari Serat Wedhatama membantu individu untuk hidup dengan harmoni dengan orang lain dan menciptakan masyarakat yang lebih baik. Dari lima tembang mengajarkan pentingnya pemahaman yang seimbang tentang kesenangan duniawi dengan spiritual serta menjaga kebijaksanaan dalam menghadapi godaan duniawi. Oleh karena itu jangan terlalu bergantung pada kesenangan duniawi, karena dapat menghambat pertumbuhan rohani dan mengalihkan perhatian dari focus pada tujuan hidup yang lebih penting.Tidak mabuk duniawi juga menekankan pentingnya pengendalian diri dan disiplin dalam godaan materi. Sikap ini mendorong seseorang untuk mengendalikan bawa nafsu dan menghindari perilaku yang berlebihan atau  merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika seseorang tidak terlena dengan harta, maka ia mampu menjaga sikap bijak dan seimbang terhadap kesenangan materi dalam hidupnya.