Di era social media ini, kita pastinya sudah tidak asing lagi dengan sebutan influencer. Mereka merupakan orang yang mengisi keseharian kita terutama di social media dengan kontennya yang menarik maupun edukatif. Namun, beberapa waktu lalu terjadi sebuah penangkapan terhadap influencer yang mempromosikan sebuah aplikasi trading.Â
Hal ini terasa sangat miris, apalagi influencer yang tertangkap tersebut sudah cukup populer dan dikenal oleh banyak orang.Â
Bisa anda bayangkan berapa banyak orang yang harus menanggung kerugian akibat tingkah laku si influencer penjual mimpi ini atau sering disebut dengan "Fake Guru". Untuk mencegah hal itu terjadi pada anda, pada tulisan ini saya akan membahas tentang apa itu "Fake Guru" dan tujuh ciri-cirinya. Diharap setelah selesai membaca tulisan ini, anda dan keluarga dapat terhindar dari tipu daya para "Fake Guru" ini.
Seperti yang kita tahu, pandemi COVID-19 telah banyak merubah cara kita hidup, mulai dari cara bersosialisasi akibat adanya PSBB, sampai pada cara kita bekerja.Â
Banyak dari kita yang selama pandemi ini harus bekerja dari rumah akibat kantornya terpaksa tutup. Ada juga bahkan yang ter PHK dari perusahaanya, dan harus berjuang mati-matian hanyak untuk mencari sesuap nasi. Oleh karena hal itu, mungkin banyak dari kita yang mulai mencari peluang di dunia online. Ada yang mungkin sudah memulai bisnis online, Freelance , dan lain sebagainya.
Jika anda sudah pernah mencoba mencari uang secara online baik itu dengan berbisnis atau bekerja, anda pasti sudah memahami akan sulitnya mencari penghasilan di dunia online. Kebanyakan dari kita merasa kebingungan akan langkah apa yang harus ditempuh untuk mencari penghasilan di dunia online.
Dan saat dedang iseng menggunakan social media, tiba-tiba muncul seorang yang terlihat sukses dan memiliki banyak hal mewah. Seseorang yang mengklaim dirinya telah sukses berbisnis didunia online, dan menawarkan kepada anda sebuah cara agar dapat sukses seperti dirinya. Ini terasa seperti hembusan angin segar di tengah gurun penderitaan bukan? Kemudian seketika muncul rasa semangat dalam diri, dan anda mulai mengikuti akun dari orang tersebut serta mencari tahu apa rahasia suksesnya.
Tapi tunggu dulu, Sebagai pengguna internet yang bijak kita tentunya harus sadar akan bahaya penipuan di dunia online. Kini modus pelaku tidak hanya memberi tawaran hadiah lewat telephone maupun SMS, tetapi kini mereka mulai menggunakan social media yang jauh lebih efektif dan susah untuk dideteksi ketimbang modus penipuan yang lama.Â
Jika dulu mereka menggunakan iming-iming hadiah yang besar sebagai pemikat korbannya, kini mereka menggunakan iming-iming sebuah kesuksesan. "Fake Guru" atau para penjual mimpi ini banyak bertebaran di internet, mereka mencoba menjual kesuksesan kepada calon korban yang masih terlalu naif untuk percaya kepadanya.
Setiap "Fake Guru" biasanya memiliki bidang yang mereka tawarkan, mulai dari Dropship, Trading, Investasi Properti, Affiliate Marketing, dan lain sebagainya. Sebenarnya tidak ada masalah dengan bisnis yang saya sebutkan diatas, ada beberapa orang yang sudah berhasil menjalankannya.Â
Tetapi para "Fake Guru" ini mencoba menjual mimpi kepada orang lain tentang betapa mudahnya menjadi kaya dengan model bisnis diatas. Mereka seringkali mengesampingkan aspek penting tentang lama proses membangun bisnis tersebut dan seberapa berat kompetisi yang harus dilalui jika ingin sukses dalam bidang tersebut.
Narasi yang disampaikan seolah-olah jika anda telah membeli kursus, buku, seminar, dan produk lain yang mereka tawarkan Maka anda akan dapat membuka pintu sukses dengan mudah.Â
Seolah para "Fake Guru" ini memiliki kunci rahasia menuju sukses yang akan diberikan kepada anda apabila membeli produk mereka. Belum lagi produk yang mereka tawarkan seringkali memiliki harga yang terlampau mahal diatas harga wajar yang ada di pasaran.
Target utama dari para "Fake Guru" ini kebanyakan adalah kaula muda, yang kebanyakan masih terlalu naif dan mudah tergiur oleh kesuksesan mudah yang dijanjikan.Â
Tidak hanya anak muda, mereka juga menargetkan orang yang sedang kesulitan dan menginginkan kesuksesan dalam waktu yang cukup instan, seolah datang sebagai penolong tetapi justru menyensarakan. Ada bahkan beberapa dari "Fake Guru" ini yang menganjurkan para pengikutnya untuk berhutang hanya untuk mengikuti seminar berikutnya ataupun membeli produk yang lainnya.Â
Saya bisa bilang begini karena kebetulan saya pernah berada di salah satu seminar yang waktu itu diadakan di Surabaya dan melihat sendiri salah satu contoh cara mereka meng upsell para pengikutnya untuk membeli produk yang lebih tinggi dari yang dibeli sebelumnya.
Untuk membuat pengikutnya membeli dan tidak merasa bersalah, seringkali mereka menggunakan kata-kata "berinvestasilah pada diri sendiri jika ingin sukses".Â
Perkataan yang awalnya berarti sangat positif, di salah gunakan oleh "Fake Guru" menjadi senjata pamungkas untuk menguras dompet para pengikutnya. Karena jika dikemas sedemikian rupa, kata-kata ini merupakan alat yang ampuh untuk menghilangkan rasa ragu sebelum membeli produk mereka yang overprice tersebut. Karena membuat pengikutnya berpikir, mereka tidak akan rugi apabila membeli produk tersebut.
Oleh karena bahaya itu, kita perlu membentengi diri dari para "Fake Guru" ini dengan mengetahui perilaku dan ciri mereka. Berikut ini ada beberapa ciri yang dapat anda gunakan sebagai panduan untuk menilai apakah seseorang itu merupakan "Fake Guru" atau bukan:
1) Memberikan Free Live Webinar
Ciri yang pertama ialah memberi webinar secara gratis, barangkali anda pernah dengar ungkapan "ikuti webinar gratis saya, dan lain sebagainya" anda perlu untuk menaruh rasa curiga kepada si pembuat konten atau influencer tersebut.Â
Coba cari tahu dulu apa tujuan utama dari acara webinar tersebut. Karena kebanyakan dari webinar gratis ini sebenarnya hanyalah marketing funnel dari para "Fake Guru" untuk membimbing anda membeli produk mereka. Ketika dipromosikan seperti mengandung banyak pelajaran, tetapi pada kenyataannya banyak berisi promosi yang berupa discount terbatas, bonus yang ditawarkan, dan lain sebagainya.Â
Materi pembelajaran yang ada dalam webinar ini juga sebenarnya hanya didesain untuk menimbulkan pertanyaan dalam benak anda dan memicu adanya keinginan untuk mengikuti atau membeli produk yang ditawarkan sebagai solusi dari pertanyaan tadi.
2) Memperlihatkan Kehidupan Glamour Di Social Media
Meskipun tidak semua orang yang terlihat memiliki kehidupan glamour di social media merupakan seorang "Fake Guru" karena ada sebagian orang yang suka untuk melakukannya sebagai cara mereka bersosialisasi. Tetapi anda juga harus waspada apabila ada ciri berikut ini, karena dapat membantu mempermudah anda dalam melihat apakah seseorang merupakan "Fake Guru" atau bukan.
Karena para "Fake Guru" kerap menggunakan cara ini untuk memancing korbannya, kebanyakan dari mereka menampilkan kehidupan yang glamour di social media. Menampilkan hal-hal yang diimpikan banyak orang mulai dari super car, jam tangan mewah, mansion megah, travelling setiap saat, dan lain sebagainya.Â
Hal yang dapat menggugah keinginan anda untuk menginginkan kehidupan yang mereka miliki, dan mencari tahu tentang pekerjaan maupun kegiatan apa yang mereka lakukan sehingga dapat sukses dan memiliki hal yang anda selalu impi-impikan. Setelah muncul keinginan untuk mengikuti jejak sang "Fake Guru" saat itulah anda akan dipancing hingga membeli produk-produk mereka.
3) Menjelek-jelekkan Pekerjaan Kantoran Atau 9-5 Jobs
Biasanya mereka akan mulai dengan menceritakan betapa sengsaranya kehidupan ketika masih menjadi pekerja kantoran, setelah itu akan dilanjut dengan cerita sukses di bisnisnya sekarang dan betapa indah kehidupannya sekarang, dan yang akhirnya anda akan di beri penawaran untuk dapat mengikuti jejaknya dengan mengikuti webinar, seminar, atau apapun produk yang ditawarkan.
Strategi ini dilakukan untuk menargetkan anda yang merasa tidak puas dengan kehidupan kerja anda dan lelah dengan rutinitas sehari-hari. Tidak puas dengan gaji yang didapat dan merasa tidak memiliki waktu luang yang cukup setiap harinya.Â
Dengan mengengkat topik tentang ini dan membawa harapan perubahan kepada anda, para "Fake Guru" bertujuan untuk menyentuh sisi emotional anda dan membuat anda lebih mudah percaya kepada mereka.
4) Harga Seminar / Buku / Produk Lainnya Yang Terlampau Mahal
Hal ini perlu untuk menjadi salah satu pertimbangan anda sebelum memutuskan untuk membeli seminar / produk edukasi lainnya. Pertimbangkan apakah harga yang diberikan sudah wajar, dan juga pertimbangkan antara nilai yang anda terima apakah sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.Â
Jangan lupa juga untuk sekedar melihat harga dari produk serupa yang ada di pasaran sebagai pembanding. Untuk masalah budget, dapat anda sesuaikan dengan kemampuan pribadi masing-masing.
Masalah harga ini saya sertakan dalam list ini karena sering kali para "Fake Guru" ini memberikan banderol harga yang jauh dari harga wajar. Seperti harga sebuah seminar yang materinya biasa-biasa saja tetapi harganya bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta. Atau juga menjual buku dengan harga yang terlampau tinggi dengan promosi yang terlalu berlebihan.Â
Anda perlu untuk berhati-hati karena para "Fake Guru" ini sering menggunakan kata-kata berinvestasilah pada dirimu sendiri yang jatuhnya mendorong kita untuk membeli produknya lebih banyak lagi tanpa ada perasaan rugi.
5) Mayoritas Pendapatannya Datang Dari Produk Seminar, Buku, dan Produk Pendidikannya Bukan dari Bisnis Yang Diajarkannya
Hal ini juga dapat menjadi pertanda yang cukup kuat untuk mendeteksi seorang "Fake Guru" dan mengendusnya dari kejauhan. Karena ini dapat menjadi bukti kuat mengapa mereka memutuskan untuk menjual seminar, buku, dan produk pendidikan lainnya ketimbang menjalankan bisnis yang dibicarakannya.
Kalau benar strategi bisnis yang para "Fake Guru" ini ajarkan dapat membuat seseorang sukses, mengapa mayoritas penghasilan mereka tidak datang dari bisnis itu?
6) Memberi Buku Gratis "Hanya Bayar Ongkir"
Trik mereka yang satu ini cukup unik, karena dengan memberikan email, kita dapat menerima sebuah buku gratis karya sang "Fake Guru". Anda hanya perlu membayar ongkos kirim dan biaya packingnya saja, menarik bukan. Mungkin anda bertanya, apa dia engga rugi kalau harus berbagi buku secara gratis? Kita untung kan bisa dapat buku gratis? Ini gratis loh..
Tunggu dulu, sebelum memutuskan apakah buku gratis ini menguntungkan atau merugikan alangkah baiknya kita mengerti apa tujuan dari pembagian buku ini.
Jadi Buku gratis ini berfungsi untuk mengumpulkan email anda, karena dengan memutuskan untuk menerima buku tersebut menandakan bahwa anda merupakan calon customer yang sadar dan tertarik kepada produk sang "Fake Guru". Anda nantinya akan mendapatkan email rutin yang bertujuan untuk upselling atau membimbing anda membeli produk dengan nilai yang lebih tinggi.Â
Selain itu, membagikan buku ini juga berfungsi sebagai Lead Funnnel yang nantinya akan membimbing anda membeli produk dari sang "Fake Guru" ini.
Bagaimana, apakah menurut anda menerima buku gratis ini menguntungkan atau merugikan? Untuk jawabannya saya serahkan kepada anda. Tetapi perlu diingat jika anda memutuskan untuk mendapatkan buku ini, jangan terlalu ber ekspektasi tinggi dengan isi buku yang akan anda dapat nantinya.
7) Selalu Berbicara Tentang Mentor
Sama halnya dengan poin diatas, makna dari mentor seolah di pelintir oleh mereka. Kata-kata mentor dirangkai sedemikian rupa sehingga membuat anda memiliki persepsi bahwa jika anda ingin sukses maka anda memerlukan mentor, dan mentor yang anda butuhkan adalah sang "Fake Guru" tersebut.
Diluar dari itu sebenarnya sebutan mentor sendiri memiliki arti yang sangat positif, karena mentor merupakan orang yang sudah ahli dibidangnya serta telah mencapai kesuksesan yang anda idam-idamkan. Dan mentor akan bersedia untuk membimbing anda menuju kesuksesan yang sama.Â
Tetapi coba pikirkan kembali, apakah jika anda sudah sukses dan memiliki ilmu dari proses yang berat akan dengan begitu mudah memberikan rahasia anda kepada orang asing? Ataukah anda hanyak akan membaginya kepada anak keturunan, sanak saudara, atau mungkin kenalan baik yang anda miliki saja?
Belum lagi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk membimbing seseorang tidaklah sedikit, anda perlu untuk mengambil waktu anda yang berharga dan memberikannya kepada orang lain. Dan apakah efektif apabila seorang mentor harus mengawasi puluhan ratusan atau bahkan ribuan orang? Untuk sekedar mengajar mungkin masih memungkinkan tetapi kalau untuk menjadi seorang mentor rasanya akan sangat sangat sulit.
Jadi itu merupakan tujuh ciri-ciri dari seorang "Fake Guru" yang perlu anda perhatikan. Dengan mengerti dan memahami ciri-ciri diatas, diharap anda dapat lebih mudah untuk menghindari umpan-umpan yang mereka suguhkan di social media.Â
Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk membantu anda terhindar dari jeratan "Fake Guru" yang dapat cukup menguras waktu dan biaya. Â Dengan kemampuan mendeteksi dan menghindari para penjual mimpi ini saya harap anda dapat lebih fokus kepada mimpi yang benar-benar ingin dicapai di masa depan nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H