"Bu, kalo makan gratis sudah ada, Lilis tidak bisa berjualan lagi. Orang-orang juga tidak mau ke kantin. Kasihan ibu-ibu yang jualan. Lilis berharap makan gratis itu seperti gratisnya mengaji dengan Pak Bewok, Â benar-benar membantu dan tidak ada yang merasa tersakiti. Semua jadi ikhlas," ujar Lilis.
Kepala sekolah dan semua guru menyimak apa yang disampaikan anak kecil itu. Teman-teman Lilis mulai gelisah karena terik matahari yang mulai menyengat. Semua barisan pun siap-siap dibubarkan. Namun, kepala sekolah menyampaikan pidato terakhirnya dan membuat semua yang mendengarkan terkesima.
"Mulai minggu depan kita adakan jajan gratis setiap hari Jumat di kantin. Bapak dan ibu guru yang mau berbagi dipersilahkan ikut. Kita gak perlu menunggu makan gratis dari pemerintah. Tapi jajan gratis ini hanya untuk murid yang rajin belajar di sekolah," tegas wanita tua itu.
Semua murid melompat-lompat sambil berteriak dengan girang.
"Bu, kami pengen berjualan seperti Lilis," ucap salah satu murid perempuan di baris kedua.
"Boleh...."
Bu Retno berbisik dari samping, "Bu, kan anak-anak tidak boleh berjualan di sekolah. Tugas mereka adalah belajar."
"Bu Retno, selagi anak-anak ini mau mengerjakan apa yang mereka sukai dan itu positif, biarkan saja. Jangan pupuskan mimpi mereka belajar apapun. Saya baru tersadar. Toh nanti murid-murid ini sekolah tinggi pasti diajarkan kewirausahaan. Padahal belum tentu semuanya punya minat wirausaha. Nah, mumpung masih kecil dan punya minat kenapa tidak dipupuk saja. Tugas kita membimbing dan mengingatkan," tegas Bu Citra.
Guru kelas itu hanya mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh pimpinannya.
Di sudut lain, Pak Bewok tidak fokus pada pidato kepala sekolah. Dia termenung dengan kata-kata istrinya tentang kenaikan harga barang pokok, bensin, dan lain-lain. "Padahal belum ada makan siang gratis ya," batinnya.
Barisan murid pun dibubarkan karena waktu jam belajar sudah dimulai.