Sesampai di Cibitung, kutemui pemilik showroom mobil. Karena sudah melakukan tanya-jawab lewat WA, aku mudah saja bertransaksi langsung tidak pakai lama. Kubayar uang muka 20 juta dulu. Sisanya dibayar saat aku, Yuri dan Mas Gion datang kembali menjemput mobil itu.
Sebenarnya uang kubawa sebanyak 150 juta hasil bonus. Hanya 25 juta saja yang kupegang dan sisanya kutabung di bank. Dua puluh juta untuk bayar uang muka mobil dan tinggal 5 juta  buat beli oleh-oleh.Â
Kuambil kwitansi dan bergegas pulang dengan hati senang.
Aku mampir ke Bekasi  membeli mainan untuk Yuri dan beberapa stel pakaian untuk Mas Gion. Pulangnya aku naik kereta api menuju Indramayu, kampung Mas Gion.
Rindu pada suasana desa membuatku bahagia. Sawah-sawah dan ladang pertanian sudah banyak yang berubah menjadi kawasan perumahan. Aku pun penasaran seperti apa rumah yang telah dibangun oleh Mas Gion.
Di persimpangan menuju ke rumah, kuberdiri sejenak memandang sebuah gapura menuju kompleks pemakaman.
"Disini kayaknya ibu Mas Gion dikebumikan," ujarku menerka.
Kulanjut berjalan. Rasa bahagia sudah tak tertahankan lagi. Ingin kuteriak memanggil nama Yuri anakku. Sudah besar pastinya.
Kutatap rumah kami tapi tak melihat ada bekas perbaikan apalagi pembangunan.
"Ah mungkin Mas Gion membangun rumah di tanah di belakang," gumamku penuh harap tapi cemas.
Tak juga ada sekeliling bekas batu, pasir dan material bangunan. Badanku menjadi lemas.