Mohon tunggu...
Irene Maria Nisiho
Irene Maria Nisiho Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Nenek 6 cucu, hobby berkebun, membaca, menulis dan bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Tahun Baru Imlek Tinggal Hitungan Hari

5 Februari 2016   18:01 Diperbarui: 7 Februari 2016   17:05 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjual buah-buahan untuk keperluan pakaddo’ juga pada berdatangan. Sebenarnya beberapa waktu sebelumnya mereka sudah menanyakan ke ibu saya kapan tepatnya Tambarua, agar mereka bisa menyiapkan dagangannya tepat waktu.


Yang pasti dibutuhkan tebu yang lurus dan daunnya mulus. Buah nanas, terutama yang banyak anaknya, belum mateng tidak menjadi soal.

Jeruk Bali, harus yang ada daunnya. Pisang raja, yang ini selalu dipilih yang sudah mulai kuning artinya yang hampir matang. Tebu maupun buah-buahan dibeli berpasangan, artinya harus dua.

Buah-buahan ini harus ada, bila bentuknya kurang oke, Baba’ akan mencarinya ke Pasara’ Cinaiya, belakangan pasarnya diperluas dan menjadi Pasar Sentral.

Yang paling saya nantikan, adalah saat setelah makan siang.

Mau tahu mengapa? Karena saat itu kami akan mencuci seluruh lantai rumah. Bukan dipel, ya! Melainkan benar-benar dicuci dengan sabun dan air. Maka, kami anak-anak akan bermain air sepuasnya, sambil membantu menyabun dan menyikat lantai, sampai seluruh lantai rumah kami betul-betul bersih.

Pasangan tebu yang sudah dicuci dan diberi sepotong kertas merah yang melingkari batang tebu tersebut, diletakkan di samping pintu utama. Karena rumah kami mempunyai  pintu utama yang kembar, jadi dibutuhkan dua pasang batang tebu.

Nanas, jeruk dan pisang raja yang sudah diberi potongan kertas merah, diletakkan di meja Dato’ Pallua (Dewa Dapur).

Ketika sore menjelang, seperti sore-sore sebelumnya sayup-sayup terdengar bunyi gangrang Barong (genderang Barongsae). Di Makassar, kami hanya menyebut Barong. Mereka pasti sedang latihan terakhir, karena keesokan harinya mereka akan mulai mentas.

Saya mulai berangan-angan, membayangkan Barong yang gesit, pemain silatnya dan lain-lain kemeriahan, yang akan terjadi keesokan hari. Gangrang Barong selalu membuat saya bersemangat.

Hari yang melelahkan tapi menyenangkan ini akan segera berakhir. Namun sebelum jam tidur, masih ada satu kegiatan untuk kami, yang tidak kalah asyiknya. Kami bersaudara diminta, membantu Baba’ membungkus Ang Pao.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun