Sekarang bungkus Ang Pao dengan berbagai ukuran, bentuk dan corak bertebaran, dijual di mana-mana.
Tips membeli bungkus Ang Pao, teliti tulisan atau gambarnya. Kalau membeli sekarang cari yang bergambar monyet, atau yang tanpa monyet supaya bisa dipakai lagi tahun depan bila tidak habis terpakai.
Ang Pao untuk kami, tentu saja dibungkus oleh Baba’ sendiri. Ang Pao yang kami bungkus, isinya bervariasi. Kalau tidak salah ada lima atau enam golongan. Diberi kode tertentu untuk membedakan isinya, Sayang saya sudah lupa berapaan ya, isinya. Yang kami bungkus jumlahnya ada ratusan Ang Pao.
Seandainya cucu saya melihat Ang Pao sebanyak itu, “Gimana ya reaksinya?” Pasti heboh deh. Kalau saya pikir-pikir, kenapa harus hari terakhir membungkusnya, ya. Pakem, kali?
Seharusnya kisah ini bisa saya cek dan ricek ke kakak-kakak dan adik-adik saya. Tapi saya ogah, nanti kebanyakan komentar. Biar saja mereka membaca kisah ini setelah saya posting. Karena ini kan hanya berdasarkan ingatan dan kenangan saya. Kalau ada yang tidak sependapat, ya silahkan saja. “Boleh kan, saya mempunyai hak prerogatif?” Hahaha...jangan hanya Bapak Presiden, yang punya hak prerogatif, dong ya?!
Apa yang terjadi keesokan harinya, yaitu tepat pada hari tahun baru sampai Cap Go Meh? Yang pasti, saya akan memakai baju baru, sepatu baru, pita baru, pokoknya semua baru dan pasti asyik dan tentu saja panen Ang Pao. Asyik…!
Masih banyak kisah yang tak terlupakan. Namun saya sudah mulai mengantuk, sehingga tidak sanggup lagi terus mengetik. Maaf, saya pamit dulu ya, mau meneruskan tidur yang terputus tadi. Hujan pun sudah mulai agak mereda.
Saya janji, bila suasana hati menunjang, kapan-kapan akan saya teruskan lamunan ini.
Sampai jumpa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H