Mohon tunggu...
Nina BSA
Nina BSA Mohon Tunggu... Akuntan - Equal Means Equal

ali_nadirah@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu dari Palu

31 Agustus 2017   00:02 Diperbarui: 31 Agustus 2017   00:05 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan hari sekitar pukul 15.00 WITA, ameh kembali mendapat telepon dari kakaknya, katanya masih tidak bisa juga pulang pada hari ini, mungkin lusa baru bisa pulang. Fikri pun diberitahu kembali oleh ameh, kali ini Fikri mulai resah. Setiap malam Fikri memandangi gimbotnya, setiap hari memandangi foto abinya. Sedangkan ameh, setiap hari mencoret satu demi satu tanggal di kalender.

Dua hari kemudian ketika Fikri sedang membereskan bajunya dari lemari, ameh membertitahukan bahwa abinya baru kemungkinan bisa pulang dalam seminggu ini. Sekarang Fikri sudah tidak berharap banyak lagi. Jika memang abinya tidak pulang ke Palu seperti setahun yang lalu, Fikri tidak mengapa. Ini sudah biasa, hanya bertemu setahun sekali dan tak lebih dari seminggu.

Fikri kembali membereskan baju-bajunya. Tak lupa ia cium foto abinya dan diletakkan gimbotsatu-satunya, di sebalah foto sang abi. Fikri ingin di pertemuan selanjutnnya gimbot Fikri sudah bisa dimainkan. Di pertemuan selanjutnya, yang entah kapan.

Hari demi hari pun berlalu. Sampai pada tanggal 13 Juli 2016. Sebuah mobil putih yang dikemudikan aminya sudah menunggu Fikri di luar rumah. Namun Fikri masih duduk di teras rumahnya bersebelahan dengan koper dan tasnya.

"Fikri, bae-bae disana ya. Jangan banakal. Ingat habib, hababa, dan samua yang disini ya." kata ameh.

Fikri mengangguk. Dalam diamnya, ada sesuatu yang terpendam dalam hatinya. Ada sesuatu yang tak bisa begitu saja ia tinggalkan. Ia menunggu seseorang yang sudah seminggu ini ia tunggu, siapa lagi kalau bukan abinya. Ia menunggu sang abi. Terus menungu sang abi. Ia tak mau di perpisahannya kali ini tanpa abi. Waktu tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berpisah dengan orang-orang terkasihnya, terutama sang abi, sekali pun mereka tidak dekat.

Fikri tampak mengusap bulir-bulir yang keluar dari matanya. Ameh mengusap rambut Fikri. "Fikri kalo rindu, lihat foto yang ameh kasih. Fikri manangis?." kata ameh.

Fikri masih mengusap derai air matanya, "Nanti kalo abi so pulang, kasih akan gimbot Fikri." kata Fikri.

Ameh tersenyum. "Iya sayang, ameh bilang nanti ya. Kasian ami so batunggu di  mobil." kata ameh.

Fikri melihat mobil berwarna putih itu. Berpikir, apakah sekarang atau sebentar lagi waktu untuk menunggu abi.

"Ayo sayang." kata ameh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun