Mohon tunggu...
Iqlima Hatta Wardhani
Iqlima Hatta Wardhani Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saya seorang perempuan 22 tahun yang suka menuliskan pemikiran saya di Instagram, Medium, dan blog pribadi, beberapa kali tergabung dalam project Nulis Bareng yang diadakan beberapa penerbit indie. Karya saya telah menjadi bagian dari 9 buku antologi bersama teman-teman dalam event.

Senang membaca buku dan konten terkait mental health dan pengembangan diri. Menyukai digital drawing, menulis puisi, dan hal-hal yang tenang dan teduh seperti hujan dan malam sunyi. Berharap suatu saat punya sebuah karya kecil berisi kumpulan puisi serta ilustrasi yang dibuat sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paramita

30 September 2024   17:25 Diperbarui: 30 September 2024   17:34 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah penyair di balik puisi yang sukses membuat makin sedih pemuda galau ini?

Kubaca ulang lagi dari kata di baris pertama hingga ternyata ada nama penyairnya di dalam tanda kurung baris terakhir. Aan Mansyur, ini yang diceritakan Paramita saat itu, kan? Bahwa temuan manusia yang paling indah salah satunya adalah puisi, dan  sungguh puisi ini sebenarnya tak hanya indah, namun membuatku ingin berhenti menjadi lapang atas kesendirianku. Aku harus jadi banyak! Aku harus merasa cukup, kalau bisa lebih dari cukup!

***

Tak terasa kini sudah lima tahun, jika aku disuruh menyebutkan siapa orang yang paling berjasa bagiku mungkin orang itu adalah Pak Wisnu. Aku baru saja lulus menyandang predikat ‘dengan pujian’ dari Fakultas Ilmu Budaya bulan lalu. Demi apa ulangan interpretasi puisi saat itu begitu berbekas untukku, dan Pak Wisnu sangat bersabar ketika tiap jam pelajarannya aku selalu mengajukan pertanyaan serta keinginanku tentang menulis puisi dan masuk jurusan sastra.

Berarti ada enam tahun total aku mencintai Paramita. Cinta yang tidak fana seperti waktu. Cinta yang warnanya mungkin sekarang kelabu mewakili pecahannya. Cinta yang walaupun aku sudah jadi banyak tapi Paramita tak pernah merasa cukup.

Paramita kudengar kabarnya telah menjadi kekasih Rangga, teman sekelasnya yang sama-sama suka menenteng Campbell ke mana-mana saat SMA. Mereka kuliah di kampus sekaligus jurusan dan kelas yang sama.

Walau begitu, puisi-puisi bagiku tetaplah temuan yang paling indah, seperti kata Paramita. Saat wisuda SMA aku menghadiahinya lima puisi karyaku sendiri, namun, puisinya ternyata tak sampai di hatinya. Termasuk ungkapan rasa cintaku padanya. Titik indah dari puisi-puisi ternyata adalah ia membuat manusia berani jujur.

Cilacap, 30 September 2024

Bionarasi:

Iqlima Hatta Wardhani, biasa dipanggil Iqlima, lahir di Cilacap pada 20 April 2001. Menyukai menulis sejak kelas 1 SMP, sejak merasa bahwa dirinya membaik melalui menulis. Karyanya telah terbit dalam beberapa buku antologi, Memiliki dan Kehilangan (Jejak Publisher), Kunang-Kunang dalam Toples Kaca (Poetry Publisher), Tuhan, Aku Ingin Bahagia (Guepedia). Atas izin Allah SWT Iqlima berkesempatan menjadi salah satu pemenang Lomba Menulis Blog Catatan Pringadi bekerjasama dengan Tempo Insitute pada 2020. Senang sekali jika teman-teman menyapa melalui Instagram @iqlima_hatta. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun