"Terus manggung nanti gimana? Kan Emak udah bilang mau nonton!"
"Manggung harus jadi, Mak. Andi udah janji sama Emak."
Andi segera berlari menuju rumah sakit.
Di RS, keadaan Rio benar-benar kacau. Muka lebam, tangan kiri patah. Di sebelah bangsal tempat Rio terbaring, ada Joko di sana. Musuh bebuyutan mereka sejak SMA. Andi langsung naik pitam.
"Ngapain lo di sini?" Andi mengepalkan tangan.
"Andi... Andi, tenang dulu," Rio berusaha bangkit dari tempat tidur. "Joko yang bawa gue ke sini."
"Hah?" Andi tercengang.
Joko menghela napas panjang. "Sori, sob. Anak buah gue yang mulai. Gue udah larang, tapi..."
"Tapi apa? Lo pikir kata maaf bisa balikin tangan Rio? Bisa gantiin vokalis gue buat manggung sore ini?"
"Andi!" Rio memotong. "Please. Joko udah bantuin gue. Dia juga yang bayarin biaya rumah sakit."
Andi terdiam. Matanya masih menatap tajam ke arah Joko.