Salah satu lalat singgah di tubuh sintalku, sementara teman-temanya sedang sibuk mengerubungi bangkai si Tikus tua itu, nampaknya, dia lebih senang mengepakkan sayapnya yang kumuh di antara barisan teman-temanku yang sering dijamah oleh Tikus tua yang sudah tergeletak mati.
Dia perhatikan satu per satu wajah teman-temanku yang anggun, molek dan menawan sebelum akhirnya menghempaskan raganya yang bau itu ke badanku. Pertanyaan aneh dia lontarkan, dia ingin tahu kenapa Tikus tua itu mati?
Lalat yang sinting, atau mungkin malang. Apa pedulinya? Habiskan saja bangkai itu dengan pasukan belatung yang siap mengurai pengetahuan yang ada di otak si Tikus tua.Â
Tanpa berbasa-basi aku katakan padanya, dialah pemilik perpustakaan ini.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H