Yusuf tersenyum lembut. "Aku percaya padamu, Zulaekha. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menemukan kedamaian dan juga kebahagiaan yang kamu cari."
Yusuf berbalik lalu melangkah pergi, meninggalkan Zulaekha yang masih berdiri di depan pintu.
Zulaekha menatap punggung Yusuf yang pergi menjauh, setiap langkahnya terasa seperti gema di hatinya. Cahaya bulan yang lembut menyinari punggung Yusuf, menciptakan siluet yang begitu menggetarkan jiwa. Hatinya berat dengan rasa kehilangan; di balik rasa sakit itu, ada rindu yang mulai menyelubungi dirinya.
Ia teringat semua momen yang telah mereka bagi, setiap tawa, setiap percakapan, setiap pelajaran yang telah dia dapatkan dari Yusuf. Perpisahan ini pahit, tetapi Zulaekha menyadari bahwa dia telah menerima hadiah terbesar dari Yusuf---pemahaman tentang cinta sejati dan mencari kekuatan dalam dirinya sendiri.
Angin malam berhembus, membawa serta harapan dan doa yang dibisikkannya ke dalam gelap. "Terima kasih, Yusuf," katanya dalam hati, "atas semua yang telah kamu ajarkan padaku. Aku akan terus berusaha menjadi wanita yang lebih baik, aku akan berusaha untuk memantaskan diriku untuk mendapatkan cinta sejati."
***
PADA keheningan malam, Zulaekha mempertanyakan arti dari cinta, mengapa Tuhan memberinya perasaan cinta? Mengapa cintanya pada Yusuf tidak berbalas? Air matanya mengering, digantikan oleh renungan mendalam tentang makna di balik setiap perasaan yang telah ia alami. Cahaya bulan menyinari wajahnya, menambah keheningan yang menyelimuti hatinya.
Cinta adalah anugerah, sebuah pelajaran dari Tuhan. Setiap rasa sakit, setiap tawa, semuanya membentuk bagian dari perjalanan ini. Cinta memberinya kekuatan untuk terus melangkah meski jalannya penuh liku. Cinta memberinya harapan di saat-saat paling gelap. Cinta adalah kompas yang menuntunnya untuk menemukan diri sendiri.
Dia memandang langit yang bertabur bintang, setiap cahayanya bagai pesan dari Tuhan yang mengingatkannya untuk tetap teguh. Mungkin Tuhan memberinya cinta yang tidak terbalas untuk mengajarkannya tentang ketulusan. Mungkin Tuhan ingin dia memahami bahwa cinta sejati adalah tentang memberi tanpa mengharap balasan, tentang merelakan yang tidak bisa dimiliki.
Zulaekha menarik napas dalam-dalam, merasakan ketenangan yang perlahan mengisi ruang-ruang kosong dalam jiwanya. Kebahagiaan sejati harus ditemukan dari dalam, melalui penerimaan cinta tanpa syarat. Dia mulai melihat cinta bukan sebagai rasa sakit, tetapi sebagai pelajaran berharga.
Cinta mengajarkannya kelembutan kekuatan. Cinta memberinya kekuatan untuk menerima kekurangan, baik dalam diri sendiri maupun orang lain. Cinta adalah hadiah paling berharga, sebuah jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dirinya sendiri.