"Lyla Malek, penulis novel? Wah, beruntung sekali saya hari ini," teriaknya senang, ia terlihat kagum. "Saya suka membaca novel-novel Anda."
"Benarkah? Apa judul novel favorit Anda?" tanyaku penasaran sambil menatap tajam matanya melalui kaca spion tengah.
"Saya sangat suka Embun, tapi ... Ketika Hilang itu yang terbaik menurut saya," jawabnya lirih, sepertinya ia meresapi dari setiap perjalanan kisah-kisah di dalam novel itu.
Aku terkejut mendengar jawabannya. "Anda tahu novel-novel saya?"
"Tentu saja. Saya adalah penggemar berat Anda. Saya sudah membaca semua novel yang Anda tulis. Saya sangat terpesona dengan cara Anda menulis tentang cinta yang dibalut dengan konflik kehidupan. Membaca tulisan-tulisan Anda, saya merasa seperti ikut berada di dalam ceritanya."
Aku tidak menyangka, ternyata ada orang di pulau ini yang mengenal novel-novelku. Aku merasa senang sekaligus tersanjung dengan kesan yang ia katakan.
"Terima kasih, saya sangat senang mendengarnya," kataku tulus. "Saya sungguh tidak menyangka bertemu penggemar saya di sini."
"Ya, mungkin saja saya adalah salah satu dari banyak penggemar Anda di sini. Banyak orang di pulau ini yang suka membaca novel-novel Anda. Anda sangat terkenal di sini."
"Benarkah?" tanyaku bingung.
"Ya, itu benar. Anda adalah idola bagi banyak orang di sini, termasuk saya," katanya penuh semangat.
Aku merasa malu mendengarnya, tidak pernah terbayang olehku aku menjadi idola bagi para pembaca setiaku. Aku hanya seorang penulis biasa yang mencoba untuk mengekspresikan perasaanku melalui tulisan.