Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Imajinasi Liarku

25 Oktober 2023   08:08 Diperbarui: 25 Oktober 2023   08:18 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari pexel.com

Aku menunggu waktu yang tepat untuk berbagi kebahagianku dengan Nayla, ia pasti akan merasa bangga padaku. Aku mengirim sebuah pesan singkat untuk bertemu dengannya di kafe, lama sekali ia tidak membalas pesanku, ia pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia seorang kasir di supermarket pastilah sangat sulit membalas pesanku, aku yakin ia akan sangat bahagia mendengar kabar baik ini.

Ternyata aku salah. Nayla tidak menunjukkan rasa senang atau bahagia atas keberhasilanku. Malah, dia menatapku dengan tatapan sinis. "Wow, selamat ya. lo pasti bangga banget kan bisa menangin lomba itu," dengan memberikan setengah senyumnya, "Tapi, apa lo yakin cerita lo itu layak menang? Gue udah baca cerita lo itu, kok. Menurut gue, cerita lo itu biasa aja. Bahasanya kurang hidup, alurnya lambat, tokohnya datar. Gue heran kok bisa-bisanya juri-juri memilih cerita lo sebagai pemenang," lanjutnya santai tanpa rasa bersalah.

Aku terkejut mendengar kata-kata Nayla. Aku bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba saja berubah, seenaknya saja dia berkata seperti itu padaku. Aku sangat tersinggung juga sangat marah padanya. Aku balik bertanya, "Maksud lo apa, Nay? Apa lo iri sama gue? Apa lo enggak senang lihat gue berhasil?"

Nayla tersenyum sinis, lalu menyilangkan tangannya di depan dada. "Iri? Haha, nggak lah. Gue nggak iri sama lo. Gue cuma kasihan sama lo," Ia mengangkat alisnya, "Lo pikir dengan menang lomba itu lo bisa langsung jadi penulis terkenal? Lo pikir dengan menerbitkan buku itu lo bisa jadi kaya? Lo pikir dengan dengan mewujudkan cita-cita itu lo bisa bahagia? Percaya deh, lo salah besar. Lo itu hanya mengejar angan-angan kosong yang tidak akan pernah bisa terwujud. Lo hanya buang-buang waktu dan energi lo untuk hal-hal yang enggak penting."

Aku tidak tahan lagi mendengar ocehan Nayla, telingaku panas mendengar kata-kata pedas yang meluncur deras dari mulutnya, aku sangat sakit hati dengan ucapannya, ia yang telah menyalakan api semangat yang telah lama padam, setelah berkobar, kini ia berusaha untuk memadamkan api itu, aku sungguh sangat kecewa padanya.

"Stop! Lo itu bener-bener keterlaluan, Nay!" teriakku ketika ia ingin melanjutkan kata-katanya, Ia menatapku, sorot matanya penuh dengan kebencian. "Lo sakit ya, lo yang nyuruh gue ikut lomba! Lo itu pengkhianat yang enggak tahu diri! Lo itu pecundang yang enggak bisa nerima kenyataan! Lo itu pengecut yang enggak berani ngadepin tantangan! Lo itu seorang penghasut yang mau ngerusak kebahagiaan gue!" Aku menunjuk-nunjuknya dengan urat leher yang berdenyut.

Aku segera berdiri dari kursiku lalu pergi berlalu meninggalkan Nayla sendiri di kafe tempat kami bertemu. Aku tidak mau lagi melihat wajahnya atau mendengar suaranya. Aku tidak mau lagi berteman dengannya atau berbicara dengannya. Aku sudah putus asa dengan sikapnya yang iri hati dan dengki.

Aku berjalan menuju rumahku dengan langkah gontai, air mata membanjiri mataku. Aku merasa sedih dan pilu. Aku kehilangan seorang teman yang pernah begitu dekat denganku, teman yang pernah membangitkan semangatku, teman yang membuatku berani mengejar mimpi. Aku sendiri, ya kini aku sendiri.

Aku menyendiri di kamarku.

***

"Radit," panggil ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun