"Ya bu,"
"Ada Nayla nih," teriaknya dari dapur.
"Nayla?" Aku segera berlari turun kebawah. Aku melihat ia tersenyum, seperti tidak pernah terjadi apa-apa, padahal kemarin ia sudah membuat perasaanku hancur berkeping-keping.
"Hi Dit," sapanya, Ia membantu ibuku membalik pisang goreng untuk camilan di sore hari.
"Hi," balasku gugup, "Lo dateng?" tanyaku sambil menatapnya bingung, aku tidak tahu harus bicara apa padanya.
"Dateng? Lo kenapa Dit?" Ia menatapku bingung.
"Kemaren di kafe ... lo kan ... marah sama gue," ucapku terbata-bata.
"Kemaren?" Ia terlihat bingung, "Kemaren gue ke kampus Dit."
"Enggak ke kafe?" tanyaku pelan.
"O, iya... gue lupa ngasih kabar, gw ada ujian , kan lo tau gue kuliah sambil kerja," jawabnya polos.
Aku terdiam ketika ia menjelaskan semuanya, sepertinya Nayla benar, imajinasiku terlalu liar, aku harus segera menulis.