Aku tidak bisa menerima ucapan mereka. Aku merasa bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk mengejar mimpiku. Aku tidak mau menyesal di kemudian hari karena tidak berusaha untuk mengejar mimpiku. Aku memutuskan untuk pergi ke Prancis tanpa sepengetahuan mereka.
***
Aku tiba di Paris dengan penuh harapan. Aku mulai belajar memasak di Le Cordon Bleu dengan penuh antusias. Aku bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara yang memiliki minat yang sama denganku. Aku belajar banyak hal baru tentang masakan Prancis serta masakan lainnya.
Di sana, aku juga bertemu dengan seorang wanita yang membuat hatiku berdebar-debar. Namanya Hayati, dia berasal dari keluarga pedagang. Dia juga mendapatkan beasiswa untuk belajar memasak di Le Cordon Bleu. Dia memiliki kewajiban untuk membantu usaha keluarganya sebuah restoran Masakan Padang yang sudah berdiri sejak lama di Jakarta dan Surabaya.
Kami berdua saling tertarik dalam dunia kuliner, tetapi, sangat bertolak belakang dalam pandangan hidup bagi keluarga kami. Dia sangat dekat dengan keluarganya, dan selalu menghormati keputusan yang dibuat oleh ayahnya. Dia bercita-cita ingin menjadi Chef profesional, tetapi dia juga tidak mau meninggalkan warisan keluarganya.
Aku sangat menyukainya, ia seorang wanita yang tangguh, pekerja keras dengan karakter yang kuat, tetapi aku juga bingung dengan perasaanku. Apakah dia bisa menerima kondisiku yang telah melawan kehendak keluargaku? Apakah keluargaku bisa menerimanya? Apakah kami bisa saling mengerti dan mengatasi perbedaan latar belakang keluarga kami?Â
***
Aku dan Hayati semakin akrab seiring berjalannya waktu. Kami sering belajar bersama, berbagi resep, dan mencoba masakan baru. Kami juga sering jalan-jalan di kota Paris, menikmati pemandangan dan suasana romantisnya. Aku tinggal di satu apartemen dengannya, aku terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa aku berasal dari keluarga miskin.
Aku merasa bahagia sejak bertemu dengan Hayati, tetapi semakin hari aku merasa semakin bersalah. Aku belum memberitahu keluargaku tentang keberadaanku di Prancis. Aku takut keluargaku memaksaku untuk pulang. Aku juga belum memberitahu Hayati tentang latar belakangku.
Suatu hari, aku mendapat telepon dari kakakku. Dia memberitakan tentang ayah yang sedang sakit keras yang kini sedang terbaring lemah di rumah sakit. Ayah ingin bertemu denganku sebelum terlambat, aku harus segera pulang ke Bandung.
Seperti tersambar oleh petir ketika mendengar kabar itu. Aku terjebak dalam sebuah situasi yang rumit dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin pulang ke Bandung untuk bertemu ayahku, tetapi aku juga tidak ingin Hayati mengetahui keadaan yang sebenarnya, aku takut ia pergi meninggalkanku.