Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Hanya Anak Jalanan

13 Oktober 2023   08:08 Diperbarui: 13 Oktober 2023   08:17 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita tua itu mengangguk, kemudian wanita tua itu berkata kepadaku, "Nak, maukah kamu ikut bersama kami? Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Aku ingin memberimu kehidupan yang lebih baik. Aku ingin memberimu cinta yang kamu butuhkan." Ia menatapku.

Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Aku merasa bingung dan takut. Aku tidak tahu apakah aku bisa percaya pada mereka atau tidak. Aku tidak tahu apakah aku siap meninggalkan jalanan atau tidak.

Aku menoleh ke arah teman-temanku, yang berdiri dari kejauhan. Mereka melihatku dengan ekspresi yang beragam. Ada yang senang, ada yang sedih, ada yang cemburu, ada juga yang khawatir.

Hati kecilku merasa bersalah, karena aku akan meninggalkan mereka. Aku juga merasa beruntung, karena aku mendapat kesempatan yang tidak mungkin ada. Aku merasa ragu, karena aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi padaku.

Aku mengambil napas dalam-dalam, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil resiko. Aku berkata kepada wanita tua itu, "Baiklah, bu. Aku akan ikut bersama ibu. Tapi tolong jangan lupakan teman-temanku. Mereka juga butuh bantuan dan kasih sayang." jawabku membalas tatapan wanita tua yang sedang kesakitan itu.

Wanita tua itu tersenyum, dan berkata dengan hangat, "Tentu saja, Nak. Aku tidak akan melupakan mereka. Aku akan membantu mereka sebisa mungkin. Kamu adalah anak yang sangat baik hati."

***

Aku melihat pria itu bersungut-sungut dengan ponselnya, ia terlihat sedang memarahi seseorang dari balik ponselnya, kemudian ia berjalan mendekat. Pria itu lalu mengangkat tubuh wanita tua itu, dan membawanya ke dalam mobilnya.

"Kamu tunggu di sini, saya sudah menelepon pak Andi, dia akan menjemput kamu." pintanya ketika ia sedang mengangkat wanita tua itu. Pria itu meminta salah satu supirnya untuk menjeputku.

Sebelum pergi, aku berpamitan dengan teman-temanku, aku berjanji akan kembali lagi. Mereka memelukku erat-erat, mereka berharap semoga aku bahagia. Kami saling berpelukan karena aku akan berada di dalam sebuah keluarga yang baru, dengan lingkungan baru yang mungkin saja tidak aku sukai. Aku akan merindukan mereka, tawa canda mereka yang lepas, keliaran kami di jalan tidak akan mungkin pernah sama dengan keluarga ini.

Aku pun berangkat setelah pak Andi tiba beberapa menit setelah mobil yang membawa wanita tua itu ke rumah sakit, aku pergi menuju ke kehidupan baru yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun