Aku mendengar suara langkah kaki, pintu berderit dan bisikan, aku mencari arah suara itu ternyata aku menemukan sebuah lubang yang cukup besar di dinding kamarku. Lubang itu tertutup oleh sebuah lukisan besar yang terlihat sangat tua dan berdebu. Aku penasaran dan mencoba menggeser lukisan itu. Aku sangat terkejut ketika aku melihat ada sebuah ruangan gelap di balik dinding.
Aku merasa ada yang aneh dengan ruangan itu. Aku mengambil senter, aku memberanikan diri masuk ke dalam. Aku melihat banyak barang-barang aneh yang tersimpan di dalam sini. Ada boneka-boneka yang terlihat menyeramkan, buku-buku tua yang berisi tulisan-tulisan aneh, lilin-lilin hitam yang sudah habis terbakar, dan benda-benda lain yang tidak aku kenal.
Aku merasa ngeri dan ingin segera keluar dari ruangan itu. Tapi, ketika aku berbalik, aku melihat lubang itu sudah tertutup rapat. Aku mencoba mendorongnya, tembok ini terlalu kuat. Aku berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengarku.
Tiba-tiba, aku mendengar suara bisikan di telingaku.
"Selamat datang di rumahku, Siska." Suara itu sangat berat dan menyeramkan.
Aku menjerit ketakutan. Aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh leherku.
"Kamu tidak akan pernah bisa keluar dari sini." Suara itu persis ditelingaku.
Aku merasakan gigi tajam menusuk kulitku. Aku pingsan dalam rasa sakit dan ketakutan.
***
Aku terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhku. Aku baru saja bermimpi, sungguh mimpi yang sangat buruk dan menyeramkan. Aku bermimpi menemukan sebuah lubang di dinding kamarku. Aku bermimpi aku terperangkap di sana dan diserang oleh seorang hantu yang menakutkan.
Aku menggelengkan kepala. Aku berusaha menenangkan diri dan mengatakan pada diriku sendiri itu hanya mimpi, tidak ada hubungannya dengan kenyataan, mungkin aku terlalu Lelah hari ini. Aku mencoba melupakan mimpi itu dan kembali tidur.
***
Aku baru saja mendapatkan pekerjaan impianku sebagai jurnalis di salah satu media online terkemuka di Jakarta. Aku sangat senang juga sangat bersemangat untuk memulai karir yang gemilang di ibukota. Namun, ada satu masalah yang menghambatku. Aku belum memiliki tempat tinggal di Jakarta.
Aku sudah mencari-cari apartemen murah di sekitar kantor, tapi semuanya terlalu mahal atau tidak sesuai dengan selera. Aku hampir putus asa, sampai akhirnya aku melihat sebuah iklan kosan di internet.
"Kosan murah di pusat kota, harga terjangkau, fasilitas lengkap, lokasi strategis, siap huni. Hubungi 0817-5678-5678"
Aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku baca. Dewi fortuna sedang berada di sisi ku saat ini. Aku segera menghubungi nomor tersebut, segera membuat janji untuk melihat kosan itu. Aku berharap ini bukan tipuan atau penipuan.
Hanya 20 menit aku sudah tiba di lokasi yang jaraknya sangat dekat dengan kantorku, ketika aku sampai di lokasi ini, aku terkejut melihat betapa mewahnya kosan ini. Bangunannya tinggi dan megah, dengan pintu gerbang masuk yang dijaga oleh satpam. Aku disambut oleh seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai pemilik apartemen.
"Selamat datang, Siska. Saya Hartono, pemilik kosan ini. Silakan masuk dan lihat sendiri kondisinya." Ia menyapaku dengan ramah.
Pak Hartono membawaku masuk kedalam rumah kosan ini dan langusng menuju  ke lantai dua, Dia membuka pintu kamar yang akan di sewa Siska dan mempersilakanku masuk untuk memperhatikan kondisi kamar kosan ini.
Aku terpesona ketika pak Hartono membuka pintu kamar itu, langkahku terhenti di bibir pintu. Kamar kos ini sangat luas, nyaman, dan memiliki pemandangan yang indah. Ruang tamu dilengkapi dengan sofa empuk, meja kopi, televisi layar datar, dan rak buku. Dapur dilengkapi dengan kompor, kulkas, microwave, dan peralatan masak. Kamar mandi dilengkapi dengan shower, bathtub, wastafel, dan cermin. Kamar tidur dilengkapi dengan tempat tidur king size, lemari pakaian, meja rias, dan lukisan.
"Bagaimana? Apakah Anda suka?" tanya Pak Hartono membuyarkan semua imajinasiku.
"Suka? Saya sangat suka! Ini kosan impian saya!" jawabku sambil berteriak.
"Bagus, saya sangat senang mendengarnya. Saya sudah lama mencari penyewa untuk kamar kos ini. Tapi tidak ada yang berminat. Mungkin karena harganya terlalu mahal." Pak Hartono berjalan menuju jendela yang besar, ia membukanya, udara senja yang berhembus melalui taman yang persis berada dibawah jendela kamar itu sangat sejuk, meskipun Jakarta kota yang penuh dengan polusi.
"Mahal? Berapa harganya?" tanyaku penasaran.
"Biaya sewanya 2 juta rupiah per bulan." Pak Hartono menatapku tajam.
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Itu murah menurutku, bagaimana mungkin kamar sebagus ini hanya 2 juta per bulan, aku curiga namun aku butuh kamar ini.
"2 juta? Apakah ada biaya tambahan atau syarat khusus?" Pak Hartono kuhujani dengan pertanyaan beruntun.
"Tidak ..., tidak ada biaya tambahan atau syarat khusus. Harga itu sudah termasuk listrik, air, internet, dan keamanan. Saya hanya ingin apartemen ini tidak kosong dan terawat." Pak Hartono berusaha membuatku tidak kecewa dengan harga yang baru saja ia katakana.
Aku merasa ada yang aneh dengan penawaran itu. Tapi aku tidak mau melewatkan kesempatan emas ini.
"Saya mau! Saya mau menyewa kamar ini!" ujarku dengan penuh keyakinan.
"Baiklah, kalau begitu kita bisa langsung membuat perjanjian sewa-menyewanya sekarang. Saya sudah menyiapkan kontraknya, ada di bawah, di mobil saya ... Anda bisa tunggu di sini." Wajah pak Hartono terlihat sangat senang sekali.
Pak Hartono segera turun ke bawah, aku masih berkeliling di kamar itu, aku sangat senang sekali hari ini, aku lihat pak Hartono sudah berada di depan pintu ia mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya dan memberikannya kepadaku.
"Silakan dibaca dan tandatangani di sini." kata pak Hartono sembari menyorokan surat itu perjanjian itu.
Aku membaca dokumen itu dengan cepat. Isinya cukup standar dan tidak ada yang mencurigakan.
"Oke, saya setuju dengan semua ketentuannya." jawabku.
Aku menandatangani dokumen itu tanpa ragu-ragu.
"Selamat! Sekarang Anda sudah resmi menjadi penyewa kamar ini. Ini kuncinya. Anda bisa pindah kapan saja Anda mau."
Pak Hartono memberikan sebuah kunci kepadaku.
"Terima kasih banyak, Pak Hartono! Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini!" aku menyalaminya.
"Sama-sama, Siska. Saya harap Anda betah tinggal di sini." Pak Hartono menymbut tanganku.
Pak Hartono tersenyum, kemudian ia berpamitan.
Aku merasa sangat bahagia. Aku tidak sabar untuk pindah ke kamar kos baruku.
Sungguh aku tidak tahu bahwa aku baru saja membuat kesalahan terbesar dalam hidupku.
***
Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk pindah ke kamar kos baruku. Aku sudah mengemas barang-barangku sejak kemarin, aku memesan taksi online untuk mengantarku ke sana. Aku merasa senang dan bersemangat untuk memulai petualangan baru di tempat baru.
Sesampainya di rumah kosan itu, aku disambut oleh Pak Budi, pemilik rumah itu. Ia mengatakan bahwa ia telah menyiapkan segala kebutuhanku di kamar itu.
"Halo, Siska. Selamat datang di kamar kos Anda yang baru. Saya sudah menyiapkan segalanya untuk Anda." Ia menyapaku di pintu depan, satu hal yang aneh bagiku, sejak kemarin aku tidak melihat penghuni kos yang lain.
"Terima kasih, Pak Budi. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini." balasku.
"Sama-sama, Rani. Saya harap Anda betah tinggal di sini." Pak Hartono mengatakan hal yang sama sejak kemarin.
Pak Hartono membantuku membawa barang-barangnya ke lantai dua.
Aku menarik napasku dalam-dalam dengan senyum lebar. kamar itu seperti mimpi bagiku, sama dengan mimpiku ketika pertama kali aku melihatnya kemarin. Luas, nyaman, dan indah.
"Bagaimana? Apakah Anda masih suka?" tanya Pak Hartono.
"Suka? Saya sangat suka! Ini kamar impian saya!" jawabku.
"Kalau begitu, saya senang mendengarnya. Saya akan meninggalkan Anda sekarang. Jika Anda butuh sesuatu, silakan hubungi saya." Pak Hartono pergi meninggalkanku.
"Baiklah, Pak Hartono. Terima kasih sekali lagi." Aku mengiringinya keluar kamar.
"Sama-sama, Siska. Selamat menikmati hari Anda."
Pak Hartono berpamitan dan pergi.
Aku mulai mengatur barang-barangku di kamar ini. aku meletakkan koper-koperku di bawah tempat tidur, membuka lemari pakaian dan meja rias, dan menggantung baju-bajuku di sana. aku juga meletakkan laptop, buku-buku, dan barang-barang pribadiku di rak buku di ruang tamu di dalam kamarku.
Setelah selesai mengatur barang-barangku, Aku merasa lapar. Aku memutuskan untuk membuat makan siang di dapur. Aku membuka kulkas dan melihat ada beberapa bahan makanan yang sudah disediakan oleh Pak Hartono.
"Wow, Pak Hartono benar-benar baik hati," pikirku.
Aku mengambil telur, sayur-sayuran, dan keju dari kulkas. Aku juga mengambil roti dari lemari. Aku memasak omelet sayur keju untuk hari ini.
Sembari memasak, aku mendengarkan musik dari laptopku. Aku memilih lagu-lagu favoritku dari playlist. Aku bernyanyi dan menari-nari sambil memasak.
Aku merasa sangat bahagia.
***
"Selamat datang di rumahku, Siska." Suara itu sangat berat dan menyeramkan.
Aku menjerit ketakutan. Aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh leherku.
"Kamu tidak akan pernah bisa keluar dari sini." Suara itu persis ditelingaku.
Aku merasakan gigi tajam menusuk kulitku. Aku pingsan dalam rasa sakit dan ketakutan.
Aku tahu ini pasti mimpi, aku berusaha untuk bangun, aku berusaha untuk berteriak, tapi semua seperti sia-sia.
"Akkkkhhhhhh..." teriakku ketika aku melihat wajah menyeramkan itu muncul di depan wajahku.
"Kamu akan menjadi penghuni rumah ini Siska." Ia menatapku dengan tatapan yang sangat menyeramkan.
Aku merasakan diriku pingsan, tapi aku tidak bisa bangun dari tidurku, aku terjebak di dunia ini.
-Tamat-
Iqbal Muchtar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI