Setelah bersama-sama menciptakan hidangan yang lezat dan menyusun harmoni dalam setiap potongan sayuran, akhirnya sup pun sudah jadi. Aroma hangatnya menyebar di seluruh dapur, mengundang selera untuk segera mencicipi kelezatannya.
Kami berdua duduk di meja makan yang sudah kami siapkan persis seperti restoran di film itu. Suasana di sekitar penuh dengan kebahagiaan dan kehangatan. Tidak hanya sekadar makanan yang mengisi piring-piring itu tetapi juga kebersamaan dan canda tawa yang melimpah.
Kami mengisi piring kami dengan sup yang baru saja aku masak dengan penuh cinta. Setiap suapan rasanya begitu istimewa, sup itu menjadi pelengkap perasaan kami.
"Questa zuppa deliziosa," kali ini ia berlagak seperti pelanggan restoran yang sedang memuji chef kesayangannya, sambil mengecup jarinya.
Senyumku semakin lebar mendengar pujian darinya. Hidup ini begitu indah ketika aku berada di sampingnya. Ia adalah segalanya bagiku, kekasih sejati yang membuat hidup ini berarti.
Kami berdua duduk di sofa setelah selesai makan. Sambil menikmati secangkir teh hangat, kami berbicara tentang impian dan harapan kami untuk masa depan. Kehidupan ini, seperti sup yang kami masak bersama, terus berwarna dan penuh dengan kehangatan cinta.
Di malam yang penuh kedamaian ini, kami saling berpelukan erat, menikmati kehadiran satu sama lain. Setiap momen yang kami lewati bersama adalah bagian dari kisah cinta kami yang takkan pernah pudar. Kehangatan cinta kami menjadi sup pelipur lara dalam perjalanan hidup yang kami jalani bersama, dalam satu ikatan yang tak terpisahkan.
"Radit..."
"Mmmm...." Aku sangat lelah setelah seharian mengikuti keinginannya.
"Pulang yuk," aku mau makan kue pancong.
Mendengar itu, aku pura-pura pingsan dengan menjatuhkan tubuhku di pundaknya. Adegan Remi si tikus masih saja berlaku, pinggangku menjadi sasaran cubitannya.