Kali ini, dia ingin menonton bintang jatuh di langit malam. Aku mengajaknya ke sebuah villa yang berada di desa terpencil, langit malam di sana sangat indah karena tidak terhalang oleh gedung-gedung tinggi seperti di kota. Namun, saat itu langit tiba-tiba mendung tanpa bintang, apa lagi bintang jatuh. Aku merasa khawatir karena tak mungkin bisa memenuhi keinginannya, aku tidak ingin Nayla kecewa. Sebagai gantinya, aku mencari di internet sebuah video hujan bintang dan menayangkannya di layar TV. Aku melihat raut wajah senang itu, hanya 2 menit ia menggantinya dengan Ratatouille, aku melihatnya sedang nyaman berbaring di sofa yang hangat, kuputuskan untuk berbaring disampingnya, aku sudah lelah hari ini, mataku terasa berat sekali.
"Radit..."
"Radit bangun," Nayla membangunkanku, ia menarik rambutku persis seperti adegan tikus di dalam film Ratatouille.
"Nayla, ini masih jam satu," Kulihat jam yang melingkar di tanganku.
"Bangun... aku mau makan," Teriak Nayla yang duduk dipunggunku dengan menarik-narik rambutku dengan kedua tanggannya.
"Kita pulang ke kota aja ya, cari makan di jalan," Ajakku.
"Ngak... Radit harus masak..." Pintanya, dengan menarik-narik rambutku.
"Hah..." Aku terkejut dan kebingungan mata ku terbelalak lebar, rasa kantukku hilang seketika, aku bukan chef, masak telor dadar saja hangus.
"Ayo... cepet," Nayla menarik-narik rambut ku, menyuruhku bangun.
"Iya... iya..." Aku bergegas bangun.
Kami menuju dapur dan melihat ke dalam kulkas, pemilik villa ini menyediakan beberapa jenis sayuran, kol, wotel, kentang.