"Kita mau masak apa?" tanyaku bingung.
"Cucinare la zuppa" Ia berakting seperti chef ala italia.
"Nay... aku gak tahu cara masak sup!" Aku berusaha meyakinkan Nayla, aku takut ia muntah setelah makan masakanku.
Ia berusaha meraih rambutku dari belakang, namun karena perutnya yang semakin membesar ia kesulitan meraihnya, aku menoleh, terlihat lucu sekali, istriku sangat menggemaskan.
"Ngak nyampe nih!" Tukasnya kesal. Ia tidak kehabisan akal, kali ini pinggangku yang jadi sasarannya.
"Aduh..." Nayla mencubit pinggangku.
"Nah... ini berfungsi dengan baik," Ucapnya setelah mencubit pinggangku. Wajahnya yang cantik menyelinap dipundak kiriku.
"Ayo ambil semua sayuran itu, potong-potong," Persis seperti adegan film Ratatouille, ketika Remi si tikus itu memerintah Alfredo untuk memotong sayuran dan memasukan semua bumbu-bumbu kedalam sup.
Aku menuruti semua perintahnya, sudah pasti pinggangku biru karena cubitannya, tidak masalah bagiku. Rasanya seperti menjadi chef, memotong-motong sayuran dengan penuh semangat. "Lebih kecil lagi, sayang," ucapnya sambil memberikan senyum manis yang menghanyutkan tidak lupa cubitan itu.
Canda dan tawa terdengar menggema di dapur. Ketika Nayla mencicipi kuah sup yang kuolah, tiba-tiba wajahnya berubah karena rasanya tidak enak. Kami berdua tertawa, dan tak ada yang bisa menandingi kebahagiaan kami saat bersama.
"Kurang garem," sahutnya. Aku segera menuang garam kedalam sup.