"sudut pandangmu sebagai penulis mungkin saja bisa menggiring opini publik" ia seperti berharap agar aku dapat memberikan pandangan positif bagi para seniman jalanan di dalam artikel itu.
"kita baca besok pagi" aku menutup laptopku, dan segera kumasukan kedalam tas, jam tangan yang melingkar di tangan kiri ku menunjukan pukul 21:00, aku harus segera menyelesaikan artikel ini, dengan semangat baru.
"pulang dulu ya... kita ketemu lagi kan?" tanyaku.
"mungkin saja, biar semesta yang menentukan" jawabnya, ia pun berlalu meninggalkanku dengan motor vespanya.
***
Setelah artikelku tentang seni jalanan terbit, kabar mengenai seniman jalanan menyebar dengan cepat. Karya-karya yang menginspirasi yang penuh dengan pesan itu telah menarik perhatian banyak orang.
Beberapa gambar yang dibuat oleh Vania dianggap kontroversial dan melanggar peraturan pemerintah setempat mengenai vandalisme dan mendapat sorotan dari pihak berwenang. Muncul desakan untuk mengungkap identitasnya dan mengambil tindakan hukum terhadapnya. Sementara banyak orang menganggap seni jalanan sebagai bentuk ekspresi yang kuat dan penuh makna, ada juga yang melihatnya sebagai tindakan yang merusak fasilitas umum.
Malam itu, suasana di sudut cafe tempat favoritku itu terasa berbeda. Sudah satu minggu sejak aku bertemu dengannya, aku masih teringat obrolan yang mengalir dengan deras saat itu, senyumnya yang hangat, dan pandangannya yang penuh perhatian. Tiba-tiba, rasa penasaran memenuhi diriku, dan tanpa sadar, aku menanyakan hal itu.
"seminggu yang lalu aku ngobrol sama perempuan di sudut sana" aku berkata, sambil menunjuk tempat di mana aku biasanya menemui inspirasi untuk menulis artikelku. "Dia sering kesini ga ya, kak?" tanya ku kepada pegawai cafe.
Ada campuran getaran kegembiraan dengan kegelisahan dalam hatiku. Aku ingin bertemu dengannya lagi, ingin melanjutkan perbincangan tentang seni jalanan dan apapun yang mungkin terlintas di pikiran kami. Aku ingin berbicara panjang lebar, menjelaskan setiap detail isi tulisanku, memastikan bahwa dia memahami maksud dan pesan di balik kata-kata itu. Entah mengapa, perasaan ini membuatku khawatir Vania bisa saja salah mengartikan artikelku.
Aku kembali merenungkan momen-momen saat kami berbicara. Pandangannya yang antusias dan penuh dengan pengetahuan tentang seni jalanan menginspirasi diriku. Aku ingin tahu lebih banyak tentang latar belakangnya sebagai seorang seniman jalanan, aku masih ingin mendengar lebih banyak kisah perjalanan hidupnya.