"Keranjangnya ketinggalan tuh" ia menunjuk ke arah sebuah keranjang yang terlihat masih bersih, pertanda tidak ada aktifitas sejak pagi tadi, matahari sudah hampir membakar daun-daun kering di halaman ini, namun keranjang itu masih terlihat sama seperti semalam setelah aku membersihkannya.
"Ii.. iii.. yyaaa neekk" segera kusambar keranjang itu, dan berusaha berlari sekencang-kencangnya meninggalkan nenek.
"Kerja yang rajin, sebentar lagi musim kemarau" teriaknya, yang terdengar sangat jelas meskipun aku sudah jauh sekali dari pandangannya, ku rasa bukan karena suaranya yang menggelegar, namun kalimat itu selalu terngiang ditelingaku, setiap kali aku pergi meladang, kata-kata itu selalu mengalir menemani langkahku, aku rasa saat ini ia mengatakan hal yang sama.
Suatu hari, saat aku sedang mengumpulkan makanan di ladang gula, mataku tertuju pada seekor semut jantan. Dia terlihat seperti semut yang gagah berani, dengan postur tubuh yang kuat, ia sangat tampan dan semut jantan itu memiliki mata tajam yang menembus hati.Â
Setiap kali aku melihatnya, hatiku berdebar-debar tidak tentu arah, aku mendengarkan pembicaraannya semut jantan itu sangat bijaksana.
"Rara... sedang apa kamu disini" tanya Riri, adikku.
"Sssssttttttttttt" aku memberikan sinyal agar persembunyianku tidak diketahui oleh semut jantan itu. "jangan berisik, kakak lagi memantau seseorang" sambungku.
"Dia.." tanya adikku. "namanya Raja" sambungnya singkat.
"Apa... bagaimana kamu tahu nama dia" tanyaku kesal, karena ia lebih mengenalnya dari padaku.
"Tentu saja... semua semut di ladang ini mengenalnya, ia semut yang baik hati, rajin dan cerdas" jawab Riri dengan ekspresi wajah mengaggumi pujaan hatinya, aku semakin bersungut-sungut, antena dikepalaku semakit menjulang tinggi karena kesal.
Dengan keberanian yang tak tergoyahkan, aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Raja, apapun itu aku harus mengungkapkan perasaan ku, aku berharap dia juga merasakan perasaan yang sama denganku, meskipun dia baru mengenalku.