Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Patah Hati

16 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 19 Juli 2023   21:03 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah seekor semut betina yang tinggal di dalam sebuah koloni semut yang hidup di halaman rumah manusia yang baik hati, aku sering melihat manusia itu menatap sarang kami yang berbenruk seperti gunung, sarang kami adalah gundukan tanah di permukaan tapi istana di bawahnya. Aku memiliki bulu kuning yang lembut dan hati yang penuh dengan kasih sayang. 

Namun, meski hidup dalam kelompok yang hangat dan penuh keramahtamahan, hatiku merasakan kerinduan, keinginan dan harapan untuk menemukan cinta sejati.

Sejak kecil, aku selalu bermimpi menemukan cinta sejati. Aku melihat semut lain dalam koloni yang menemukan pasangan hidup mereka, saling mencintai, dan membangun sarang bahagia bersama. Aku merindukan sentuhan hangat, kata-kata manis, dan kehadiran seseorang yang bisa memenuhi hatiku yang hampa.

"Hei... jangan melamun" nenek membuyarkan impianku bertemu seekor semut tampan.

"Eh... eh... aku ngak bengong nek, lagi capek" jawabku sontak, meskipun tidak masuk akal, sejak kapan kami para semut mengenal lelah.

"Oh... capek ya..." ledeknya, ia tersenyum dengan tatapan yang sangat dalam, tatapan itu mengandung sejuta makna, sejak dulu aku tidak pernah dapat memahami tatapan itu, terlihat sama saja baik dalam situasi marah, senang, curiga, dan bahkan ketika sedang tertawa terbahak-bahak.

Saat ini tatapan itu entah masuk kedalm kategori yang mana, yang aku lakukan ketika melihat tatapan itu hanya bisa tertunduk diam seribu bahasa.

"Nek... aku mau bergabung dengan semut-semut lain mengumpulkan gula" tanyaku, seraya meminta izin untuk berlari dari situasi yang sangat tidak aku harapkan ini.

"Tunggu..." teriaknya ketika aku hendak berlari dengan kaki-kakiku yang kokoh ini, aku teridam terpaku, kata itu seperti petir yang menyambar tubuhku, kaki ku mulai gemetar.

"Kekkkeennaappaaa nek" tanyaku, sambil berbalik arah. Jantungku rasanya berhenti berdetak, meskipun kami para semut tidak memilikinya melainkan hanya aorta yang berfungsi mirip seperti jantung, mengalirkan darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun