Mohon tunggu...
Iqbal Fitrotirrahman
Iqbal Fitrotirrahman Mohon Tunggu... Lainnya - Juara 2 badminton tunggal putra

Hobi : Bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan Beragama dalam Masyarakat Pancasila

3 Desember 2024   18:52 Diperbarui: 3 Desember 2024   18:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.  Pengertian kehidupan beragama dan masyarakat pancasila

      Kehidupan beragama adalah sebuah fenomena sosial di mana individu  dan kelompok dalam masyarakat menjalankan keyakinan dan ibadah sesuai dengan agama yang mereka anut. Kehidupan beragama mencakup banyak aspek, mulai dari aktivitas ibadah harian, perayaan keagamaan, hingga bagaimana ajaran agama tersebut mempengaruhi norma dan perilaku sosial. Kehidupan beragama juga sering kali menjadi identitas bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia, ada enam agama besar yang diakui oleh pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

     Masyarakat Pancasila adalah gambaran komunitas yang dibentuk berdasarkan nilai dan prinsip Pancasila, yang menjadi dasar negara kita, Indonesia. Dalam konsep ini, hal-hal seperti kebersamaan, kerukunan, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia sangat ditekankan.

B.  Hubungan pancasila dengan agama

      Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa," dan sila pertama Pancasila, yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa," memiliki beberapa makna penting. Pertama, Pancasila lahir di tengah semangat perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme, sehingga mengutamakan persatuan dan persaudaraan bangsa. Sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" berperan besar dalam mempererat persatuan ini, sebab bangsa Indonesia secara historis sangat menghargai nilai-nilai ketuhanan Kedua, pada Seminar Pancasila tahun 1959 di Yogyakarta, disimpulkan bahwa sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" adalah dasar utama, sedangkan sila "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" merepresentasikan kekuasaan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berbangsa dan bernegara, Ketuhanan harus menjadi landasan untuk mengelola negara dari, oleh, dan untuk rakyat.Ketiga, seminar tersebut juga menegaskan bahwa sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sila-sila lainnya. Kesimpulan nomor 8 dari seminar tersebut menyatakan bahwa setiap sila dalam Pancasila harus memuat nilai Ketuhanan.

C.  Peran pancasila dalam membangun toleransi antar umat beragama

      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila mengajarkan kita untuk saling menghormati, menghargai, dan bersikap toleran, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara pemeluk berbagai agama dan kepercayaan. Hal ini diharapkan bisa membentuk masyarakat yang lebih rukun dan penuh kerja sama. Setiap individu dalam masyarakat diharapkan bisa mengembangkan nilai-nilai dan karakter yang mencerminkan Pancasila, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

D.  Perwujudan sikap toleransi antar umat beragama di masyarakat

       Toleransi pada dasarnya adalah sikap menerima dan menghargai perbedaan, baik dalam hal sosial maupun agama, baik dari individu maupun kelompok. Dengan sikap toleransi, potensi konflik dan perpecahan dalam masyarakat bisa diminimalkan. Toleransi beragama menjadi salah satu prinsip penting dalam masyarakat Pancasila. Ini berarti kita perlu saling menghormati dan menghargai perbedaan agama dan keyakinan yang ada di sekitar kita. Toleransi bukan hanya tentang membiarkan agama lain eksis, tetapi juga tentang menjaga agar hak-hak setiap orang untuk menjalankan keyakinan mereka tetap aman dan terjamin. 

       Tantangan dalam menjaga toleransi beragama di Indonesia cukup besar, terutama dengan adanya berbagai kelompok yang cenderung memaksakan interpretasi agamanya kepada orang lain. Oleh karena itu, pendidikan tentang toleransi dan nilai-nilai Pancasila menjadi sangat penting untuk terus ditanamkan kepada generasi muda. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat terus menjaga kerukunan dan persatuan meskipun berada dalam lingkungan yang sangat beragam. Sejak awal berdirinya bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi fondasi utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bukan hanya sekadar konsep teoretis, tetapi telah menyatu dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

E.  Implementasi hubungan pancasila dan agama dalam kehidupan sehari hari

       Buya Syafii melihat hubungan antara negara dan agama tidak sekadar sebagai dua hal yang terpisah atau saling meniadakan. Bagi beliau, hubungan antara Islam dan negara adalah sesuatu yang lebih luas dari sekadar ritual ibadah antara hamba dan Tuhan. Islam, menurutnya, juga mengatur berbagai aspek dalam bermasyarakat, seperti kaidah-kaidah dan batasan dalam muamalah serta interaksi sosial. Karena itulah, Buya Syafii menginginkan adanya negara atau kekuasaan politik yang bisa menjaga dan mewujudkan aturan-aturan tersebut. Buya Syafii juga memahami bahwa dalam Islam, kekuasaan idealnya diarahkan oleh prinsip-prinsip moral, sebagai tanda keimanan dalam konteks sosial. Ia melihat contoh dari Al-Qur'an dan perjalanan hidup Nabi Muhammad, yang menunjukkan bagaimana kekuasaan harus selaras dengan nilai-nilai moral. Meskipun sejarah menunjukkan bahwa cita-cita politik Islam kerap kali tidak terwujud dengan sempurna dan kadang malah dikhianati oleh alasan-alasan tertentu, cita-cita itu tetap hidup di dalam pemikiran para cendekiawan Muslim.

       Indonesia memiliki kekayaan keberagaman, mulai dari suku, bahasa, budaya, hingga agama yang semuanya disatukan oleh ideologi bernama Pancasila. Di negara ini, memang ada agama mayoritas dan agama minoritas. Namun, Indonesia tidak bisa menjadi negara yang hanya menganut satu agama tertentu. Hal ini bertentangan dengan Pancasila, yang merupakan landasan pemersatu bangsa. Sebagai ideologi negara, Pancasila mendorong setiap warga negara Indonesia untuk memeluk agama, sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap penduduk Indonesia bebas memeluk agama sesuai keyakinan mereka. Dengan begitu, agama memiliki peran penting dalam pembentukan dan perumusan Pancasila, seperti tercermin dalam sila pertama Pancasila.

F.  Pancasila sebagai pedoman kehidupan beragama

      Pancasila, khususnya sila pertama, menjadi pedoman utama dalam menjalani kehidupan beragama di Indonesia. Sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" secara eksplisit menyatakan bahwa Indonesia mengakui adanya Tuhan, dan hal ini menunjukkan bahwa kehidupan beragama memiliki tempat yang sangat penting dalam tatanan sosial dan politik negara. Sila ini tidak hanya menjadi penanda bahwa Indonesia menghargai agama, tetapi juga memberikan pedoman bahwa hubungan antarumat beragama harus dibangun atas dasar penghormatan terhadap keyakinan masing-masing.

       Dalam masyarakat Pancasila, peran agama bukan hanya sebagai sistem kepercayaan individu, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan. Sila pertama menuntut setiap individu untuk menghormati agama dan keyakinan orang lain, serta menjaga kerukunan antarumat beragama. Toleransi dan saling menghargai menjadi bagian penting dari kehidupan beragama yang berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing, namun di sisi lain juga memiliki tanggung jawab untuk tidak memaksakan keyakinannya kepada orang lain.

        Pancasila sebagai pedoman kehidupan beragama juga menekankan pentingnya nilai persatuan dalam keberagaman. Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, etnis, dan budaya harus mampu menjaga harmoni sosial melalui sikap saling menghormati dan mengedepankan kepentingan bersama. Oleh karena itu, kehidupan beragama dalam masyarakat Pancasila tidak hanya sekadar menjalankan ajaran agama, tetapi juga mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan.

G.  Peran pancasila dalam mewujudkan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia

       Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ia bukan hanya sekadar ideologi atau pedoman, tetapi juga merupakan cara pandang hidup yang harus diterapkan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah-tengah masyarakat. Hal ini karena Pancasila sudah menjadi bagian dari identitas dan kepribadian bangsa Indonesia

        Penting untuk dipahami bahwa kelima sila dalam Pancasila itu saling terhubung dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Pesan yang terkandung dalam masing-masing sila tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Artinya, semua nilai yang ada dalam Pancasila saling berkaitan dan berperan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

        Dalam konteks masyarakat Indonesia yang beragam, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila menjadi cerminan dari modal sosial yang sangat kuat. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman untuk menciptakan kerukunan dan toleransi di tengah-tengah keberagaman umat beragama di Indonesia. Berbagai prinsip seperti ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial seharusnya menjadi visi bersama dalam setiap aspek kehidupan berbangsa. Dengan menjalankan nilai-nilai tersebut, kita bisa menciptakan harmoni dalam berbagai bidang, termasuk agama, politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, kelima sila dalam Pancasila seharusnya dijadikan landasan yang kokoh dalam setiap pembentukan norma sosial, budaya, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

H.  Peran pancasila dalam membangun toleransi antar umat beragama

       Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menghargai, serta membangun toleransi di antara pemeluk berbagai agama dan kepercayaan. Dengan begitu, kerjasama dan kerukunan antar umat beragama dapat terjalin dengan baik. Harapannya, masyarakat dapat berkembang dengan nilai-nilai Pancasila, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Karakter dan kepribadian yang baik dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 

       Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menghargai, serta membangun toleransi di antara pemeluk berbagai agama dan kepercayaan. Dengan begitu, kerjasama dan kerukunan antar umat beragama dapat terjalin dengan baik. Harapannya, masyarakat dapat berkembang dengan nilai-nilai Pancasila, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

I.  Peran pancasila sebagai pedoman dalam moderasi beragama di Indonesia

      a.  Pancasila sebagai ideologi pancasila

      Setiap negara pastinya punya ideologi sebagai pegangan dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat. Kalau kita lihat sejarah, Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia yang diambil dari nilai-nilai asli negeri ini (Mukhlis 2016). Secara sederhana, Pancasila ini adalah dasar negara kita, Republik Indonesia. Kata "Pancasila" sendiri sebenarnya udah nggak asing lagi, karena sebelum Presiden Soekarno memperkenalkannya, istilah ini udah dipakai oleh Kerajaan Majapahit sebagai dasar perilaku masyarakat Nusantara. Jadi, Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia yang disepakati sebagai pegangan nilai-nilai penting dalam membangun negara (Malik 2020).

        Secara sederhana, ideologi itu adalah sistem gagasan yang mengarahkan dan mengelompokkan semua pemikiran kita tentang hidup ini. Ideologi membantu kita dengan menyediakan panduan, keputusan, serta metode yang tepat untuk menyesuaikan dasar-dasar filosofi kita dengan hal-hal baru yang terjadi di sekitar. Jadi, ideologi bisa dianggap sebagai pedoman sebelum kita mendalami filsafat (Supriyatno, 2011).

        Bagi suatu negara, ideologi itu penting banget, bahkan bisa dibilang syarat wajib buat mendirikan negara. Soalnya, ideologi adalah yang akan menuntun sebuah bangsa menuju kesejahteraan dan keadilan. Kenyataannya, sampai sekarang masih ada aja kelompok-kelompok yang berusaha menggeser posisi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Contohnya, dulu pernah ada Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mencoba menyebarkan ideologi komunis di Indonesia, meskipun upaya itu gagal dan memakan banyak korban. Tapi, nyatanya sampai sekarang kita masih bisa merasakan Pancasila berdiri kokoh untuk bangsa ini (Malik, 2020).

         b.  Urgensi moderasi beragama di Indonesia

         Pertama, hadirnya agama sejatinya buat menjaga kehormatan serta martabat manusia sebagai perwakilan Tuhan di dunia ini. Menjaga nyawa dan harga diri sesama manusia adalah kewajiban yang ada dalam setiap agama. Agama apa pun pasti punya pesan perdamaian untuk semua. Nyawa seseorang dalam pandangan agama itu sangat berharga. Maka, intinya, agama-agama mendorong kita buat hidup seimbang. Pentingnya moderasi beragama di Indonesia adalah karena moderasi itu sendiri berarti menekankan nilai-nilai kemanusiaan.

         Lalu, seiring waktu, manusia terus berkembang. Perubahan itu kelihatan dari banyaknya perbedaan, mulai dari warna kulit, suku, budaya, hingga adat istiadat yang semakin beragam. Begitu pula dalam agama---permasalahan-permasalahan baru muncul, sehingga lahir banyak pandangan dan interpretasi yang berbeda. Akibatnya, agama jadi sulit ditemukan dalam bentuk esensinya karena tiap kelompok lebih condong pada pemahaman dan pandangan masing-masing. Banyak yang malah lebih fokus mempertahankan kepentingan kelompok dibandingkan menghargai perbedaan. Makanya, moderasi beragama di Indonesia penting banget buat menjaga peradaban kita agar tetap harmonis, supaya nggak hancur karena konflik yang berbau agama.

          Ketiga, kalau dilihat dari segi keberagaman, moderasi jadi cara yang pas buat menjaga keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Para pendiri bangsa kita dulu udah lebih dulu tanamkan semangat persatuan dan kedamaian di tengah masyarakat. Pancasila sendiri jadi bukti nyata kalau negeri ini bisa menyatukan semua perbedaan---baik itu kelompok, agama, budaya, ras, adat, dan lainnya. Meski mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, negara ini bukan negara agama atau yang berdiri atas nama Islam. Di sini, agama memang nggak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, tapi tetap dipadukan dengan adat dan budaya lokal yang unik. Itu udah jadi ciri khas Indonesia, di mana agama dan keragaman saling menghormati tanpa saling menyinggung. Sikap ekstremisme dan radikalisme memang ancaman serius bagi kerukunan keberagaman ini. Makanya, sikap moderasi beragama jadi penting banget buat menangkal ancaman-ancaman yang bisa merusak persatuan di negeri ini.

            c.  Nilai nilai moderasi beragama dalam rumusan masalah

            Secara gampangnya, Pancasila adalah lima dasar yang jadi pondasi negara kita, Indonesia (Kaderi 2015). Harus kita pahami juga kalau lima sila di Pancasila ini sifatnya umum dan menyeluruh, jadi tiap sila itu saling nyambung dan melengkapi satu sama lain untuk mewujudkan cita-cita dan harapan para pendiri bangsa (Gesmi, Irwan 2018). 

            Sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," menegaskan kalau Indonesia adalah negara dengan beragam agama. Karena itu, agama jadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, yang ikut mengatur tatanan hidup manusia, baik di level individu, sosial, maupun kenegaraan. Indonesia bukanlah negara sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, tapi negara yang selalu hadirkan agama dalam tiap aspeknya.

            Sila kedua, "Kemanusiaan yang adil dan beradab," mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya sederhana: semua orang itu setara dan sama, jadi sudah sewajarnya saling menghargai dan memperlakukan orang lain dengan baik (Miliano, Nurva, & Dewi, 2021). Bisa dibilang, sila kedua ini sejalan dengan konsep moderasi beragama, yang pada dasarnya adalah cara untuk menjaga peradaban dan nilai kemanusiaan.

             Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," jadi langkah awal buat menjaga semangat persatuan di masyarakat Indonesia. Makna dari sila ini adalah, demi mencapai kebaikan dan tujuan bersama, kita perlu mengutamakan kepentingan bersama dalam hidup sosial, biar persatuan negara Indonesia tetap terjaga (Wandani, Amalia Rizki, & Dewi 2021). Harapannya, sila ini bisa bikin masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya bersatu dan menghindari perpecahan.

              Sila keempat dan kelima dalam Pancasila sebenarnya punya makna yang sangat relevan dengan moderasi beragama. Sila keempat, yang mengedepankan kebijaksanaan dan permusyawaratan, mengajarkan kita untuk bisa menerima dan menghargai berbagai perbedaan, termasuk dalam hal kearifan lokal yang ada di Indonesia.

               Sementara itu, sila kelima juga mengajarkan tentang sikap bijak dan adil dalam menyikapi keragaman ekspresi keberagamaan yang ada, yang berkaitan erat dengan kearifan lokal di Indonesia. Tentu saja, ini harus tetap mengedepankan aturan dan ajaran agama yang berlaku, tanpa mengganggu satu sama lain.

J.  Hubungan agama dengan pancasila dalam prespektif konstitusi

     a.  Agama sebagai pendukung eksitensi pancasila

     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama didefinisikan sebagai ajaran atau sistem yang mengatur keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Agama ini bisa dianggap sebagai sistem aturan yang diikuti oleh para penganutnya, yang dikenal dengan sebutan norma agama, yang sifatnya lebih universal, berbeda dengan norma hukum yang lebih mengikat dan memaksa.

      Agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, karena mengandung hal-hal yang mendalam dan menjadi sumber dari berbagai budaya tinggi. Bahkan, menurut Karl Marx yang dikutip oleh O'Dea dalam bukunya *The Sociology of Religion*, agama bisa jadi semacam candu bagi manusia. Agama memengaruhi kebudayaan, masyarakat, dan berbagai suku bangsa (Bauto, 2014). Itu bukan tanpa alasan, karena sejatinya, "Perkembangan kepribadian seseorang tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lingkungan sosial budaya (termasuk ajaran agama yang sudah menjadi bagian dari budaya) tempat dia tumbuh dan berkembang" (Sutarni, 2018). Posisi agama yang sangat fundamental, terutama sebagai prinsip yang bisa memengaruhi pola hidup masyarakat, menjadikan agama dan aturan-aturannya sebagai sumber yang penting dalam membangun optimisme dan mewujudkan ideologi masyarakat yang sesuai dengan ajaran agama. Dalam konteks ini, gagasan dan ideologi tersebut adalah Pancasila, yang sekaligus menjadi dasar negara dan sumber hukum utama di Indonesia.

       Pancasila lahir dalam semangat melawan penjajahan, dengan tujuan untuk menyatukan bangsa Indonesia. Persatuan dan persaudaraan antar komponen bangsa menjadi hal yang penting agar setiap visi yang diperjuangkan, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan, bisa berjalan lancar tanpa hambatan. Kesepakatan dan kesepahaman tentang pandangan bernegara jadi hal utama. Sila pertama dalam Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa," jadi kunci untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah Indonesia memang penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai ketuhanan. Itu semua jadi pertimbangan utama dalam membangun persatuan untuk memperkuat bangsa, baik dari segi emosional maupun kuantitasnya.

        b.  Agama dengan pancasila tidak dapat di pertentangkan

        Falsafah negara itu bisa dibilang sebagai dasar filosofi yang menjadi pedoman dalam kehidupan bernegara. Ini mencerminkan keinginan, watak, karakter, ciri khas, dan keistimewaan suatu negara, yang tentunya dirumuskan sesuai dengan karakter bangsa yang mendirikannya. Karena falsafah negara ini mencerminkan watak dan harapan dari bangsa, semua aspek kehidupan di negara tersebut harus sejalan dengan falsafah yang sudah ditetapkan (Huda, 2016). Nah, Indonesia sendiri memilih Pancasila sebagai falsafah negara. Artinya, segala tindakan pemerintah dan masyarakat dalam mencapai tujuan negara harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila, yang tentunya mencerminkan aspirasi keindonesiaan (Fadjar, 2016). Selain itu, Pancasila juga punya kedudukan sebagai Dasar Negara, yang merupakan prinsip utama dalam mendirikan negara dan juga dasar hukum serta landasan dalam penyelenggaraan negara.

         Sebagai Dasar Negara, Pancasila punya sifat yang memaksa, alias imperatif. Artinya, setiap warga negara harus taat pada Pancasila (Syafi' AS, 2016). Namun, kata "wajib" di sini nggak selalu berhubungan langsung dengan hukum, jadi nggak serta-merta ada sanksi jika ada yang melanggarnya, kecuali sudah diatur dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku. Maksud dari hal ini adalah untuk menegaskan betapa pentingnya menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam Pancasila dalam setiap aspek kehidupan bernegara. Khususnya dalam hal hukum, Pancasila lebih tepat diposisikan sebagai indikator untuk menilai apakah sebuah peraturan perundang-undangan sesuai atau tidak dengan nilai-nilai dasar negara.

           Mengaitkan agama dengan Pancasila, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar, bukanlah langkah yang rasional. Kenapa? Karena agama sendiri sudah menjadi bagian dari dasar negara yang menjadi sumber utama dalam segala tindakan bernegara, yang tercermin dalam Sila Pertama Pancasila. Dalam konteks hukum nasional, Sila Pertama yang mencerminkan nilai Ketuhanan mengamanatkan agar produk hukum nasional tidak boleh bertentangan atau bahkan menentang agama (Mochtar Kusumaatmadja dan Arief Sidharta, 2000). Jadi, agama itu menjadi ukuran mutlak untuk menilai apakah sebuah produk hukum nasional sesuai dengan Pancasila sebagai Dasar Negara atau tidak

K.  Kedudukan norma agama dalam suatu tata masyarakat pancasila

       Ketuhanan itu berasal dari kata Tuhan, yaitu Allah, yang merupakan Pencipta segala yang ada di dunia ini, termasuk semua makhluk. Keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah sekadar dogma atau kepercayaan yang tak bisa dibuktikan secara logis, melainkan sebuah keyakinan yang bersumber dari pengetahuan yang dapat diuji dengan akal sehat dan logika. Karena itulah, negara Indonesia berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dan memberikan jaminan kebebasan bagi setiap orang untuk memeluk agama sesuai keyakinan mereka dan beribadah sesuai ajaran agama atau kepercayaan masing-masing. Sila pertama ini tidak berarti negara Indonesia mengikuti satu pandangan agama tertentu, bahkan menolak sistem teokrasi. Namun, sila ini juga menegaskan bahwa negara tidak boleh acuh tak acuh terhadap agama dan kehidupan keagamaan warga negaranya. 

        Norma agama adalah aturan yang mengatur bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama, yang bersumber dari ajaran agama masing-masing. Di Indonesia, tidak boleh ada pertentangan soal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan tidak boleh ada tindakan atau sikap yang anti terhadap Tuhan atau agama. Negara ini juga menolak adanya paksaan dalam hal agama. Dengan kata lain, tidak ada tempat bagi paham yang menolak adanya Tuhan (seperti ateisme), dan yang ada adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan toleransi untuk setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya.

        Ketuhanan Yang Maha Esa harus diterima secara mutlak, karena itu adalah dasar dan inti dari Pancasila itu sendiri. Pancasila tidak bisa diterima oleh paham komunis yang menolak Tuhan, karena ada perbedaan mendasar dan kontradiksi yang tak bisa diselesaikan antara Pancasila dengan paham komunis yang anti-Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada ruang untuk kompromi dalam hal ini. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara berarti bahwa negara harus diatur oleh hukum dan perundang-undangan yang selalu mengingat dan menghidupi ajaran Tuhan, serta menyadari tanggung jawab kepada-Nya. Pembangunan negara untuk kesejahteraan rakyat juga harus dilihat sebagai bagian dari pelaksanaan kehendak Tuhan, dan oleh karena itu, harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya.

          Dari semua pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan cara dan wadah untuk mengamalkan norma-norma agama, termasuk ajaran Islam, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kedua hal ini tidak saling bertentangan, melainkan saling mendukung.

KESIMPULAN

           Kehidupan beragama dalam masyarakat yang berlandaskan Pancasila punya peran yang sangat penting dalam menciptakan tatanan sosial yang harmonis. Pancasila, sebagai dasar negara, menerima dan menghargai keberagaman agama, serta mengutamakan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Setiap sila Pancasila, terutama sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa agama adalah dasar moral dan etika yang mengarahkan hidup, baik secara pribadi maupun bersama-sama. 

           Di masyarakat yang mengamalkan Pancasila, hubungan antara agama dan negara diatur dengan baik, di mana negara menghormati kebebasan beragama warganya, tapi juga memastikan ajaran agama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. Negara punya peran penting untuk menjaga kerukunan antarumat beragama, memastikan kehidupan beragama berjalan damai dan tertib, serta melindungi masyarakat dari ajaran-ajaran yang menyimpang dan bisa merusak persatuan. 

            Namun, ada tantangan baru yang muncul, yaitu gerakan sekularisasi yang berusaha memisahkan agama dari kehidupan publik. Ini bisa mengancam nilai-nilai luhur Pancasila dan mengurangi peran agama dalam memperkuat moral dan etika bangsa. Maka dari itu, kita semua, baik masyarakat maupun pemerintah, harus menjaga keseimbangan antara kehidupan beragama yang sehat dengan nilai-nilai Pancasila, agar keduanya bisa berjalan beriringan, memperkuat ketahanan nasional, dan menjaga keharmonisan sosial di tengah keragaman.




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun