Kontemplatif: 50 Tahun Pasar Seni Ancol (Catatan/ Ulasan akhir buku Apresiasi Seni )
Mengingat kembali masa kejayaan Pasar Seni Ancol, 50 tahun sebelumnya. Merekontruksi ulang ingatan perjalanan panjang keberadaan awal kegiatan berkesenian di Pasar Seni Ancol tahun 1975.Â
Menyoal deret peristiwa 50 tahun silam, tentu tidak lepas dari jasa nama-nama besar seniman senior terdahulu. Kontribusi dan rekam jejak para seniman pendahulu telah tercatat. Dan suatu kelaziman yang harus dilakukan para seniman Pasar Seni Ancol setelahnya, menghadirkan kembali semangat, visi dan kebersamaan--merekontruksi ulang, membangun kembali ekosistem berkesenian yang berkelanjutan di Pasar Seni Ancol yang telah ada dan mencapai tahun emas. Kiranya perlu dilakukan suatu ide dan gagasan menyambut sekaligus merayakannya. Rasa saya, tindakan itu sebagai suatu bentuk apresiasi dari generasi penyambung kehidupan berkesenian di Pasar Seni Ancol.Â
Para seniman pendahulu telah memberi warna berbeda untuk Taman Impian Jaya Ancol dan dunia seni rupa Indonesia. Para seniman senior seperti Affandi, Basoeki Abdullah, S. Sudjojono, Agus Djaya, Danarto, Hendra Gunawan, Hardi, Abbas Alibasjah, GM. Sudarta, Sudarmadji, Kusnadi dan banyak lagi para pelukis, pematung, sastrawan, budayawan, dan kritikus seni seperti Jim Supangkat, Agus Dermawan T, Sri Warso Wahono. Sastrawan Sitor Sitomorang, N.H. Dini. Seniman Teater dan film seperti Soekarno M. Noor, Drs. Asrul Sani, Ami Priyono dll.
Para Tetua, Tua-tua, Penatua (seniman senior) gembala seni rupa ketika itu bersepakat, pentingnya membangun Pasar Seni Ancol sebagai sarana berkesenian yang berkelanjutan. Ir. Ciputra menyebut secara khusus di lembar pengantar, laman pertama di buku Apresiasi Seni yang diterbitkan oleh Pasar Seni (Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol -- PT. Pembangunan Jaya) pada tahun 1985 itu yang bertepatan pada malam Apresiasi Seni-Anniversary 10 tahun Pasar Seni Ancol.Â
Nama-nama besar seniman yang disebut Ir . Ciputra di atas tidak melulu para tokoh seniman perupa saja tetapi juga berkat jalinan, gabungan, kolaborasi antar tokoh dari pelbagai disiplin ilmu seni yang telah berkontribusi membangun Pasar Seni Ancol.
-Seni Konvensional di Era AI --
Setiap masa punya cerita, setiap cerita ada masanya. Begitu kira-kira gambaran kondisi dan situasi keberadaan, khususnya kondisi Pasar Seni Ancol. Seusai perayaannya yang ke 10 tahun Pasar Seni Ancol, kondisi dan situasi Pasar Seni Ancol mengalami banyak perubahan dan pergeseran makna dan perspektif berkesenian. Begitu juga dinamika pemikiran para pelaku seni (warga Pasar Seni Ancol). Tercatat telah banyak seniman yang datang dan pulang dari Pasar Seni Ancol.
Mereka yang datang dan pergi itu, telah berperan positif dalam membangun jejaring komunikasi. Pastinya, terdapat banyak kisah menarik dan unik dari para pelaku seni di tahun-tahun sebelumnya. Mereka membangun jejaring dalam peningkatan apresiasi seni budaya sebagai sarana wahana komunikasi antar seniman, perajin dan masyarakat pecinta seni (ketika itu).Â
Kini, di tahun keemasannya, adakah suryakanta yang dapat merefleksikan kembali momen-momen kontemplatif sebagai suatu semangat, kebersamaan dan dedikasi para pendahulu yang telah membangun Pasar Seni Ancol, apakah kini warga Pasar Seni Ancol mewarisi semangat perjuangan serta pengorbanan mereka?