Harijadi
Pasar Seni yang sekarang ini kira-kira yang sama dengan Pasar Gambir yang dulu itu. Hanya kira-kira bedanya. Pasar Gambir dulu di buat dengan bahan yang semi permanen, dan tentu berubah arsitekturnya dari tahun ke tahun. Pengisian di dalamnya, kira-kira sama atau tidak jauh dari kita-kita sekarang Dan kita sekarang lebih maju lagi. Kalau kita pergi ke Princen Park, pergi ke Senen, seniman-seniman Senen itu juga kayak kita-kita. Hanya kita sekarang kita ini jauh lebih maju, karena kita semua ini sekarang telah diberi berbagai fasilitas dari bapak Gubernur (Ali Sadikin, Pak Cokropranolo, R. Suprapto) Tetapi kalau kita tidak hati-hati, kita juga akan jerenteng seperti dulu di Princen Park, di Gambir, atau di Senen. Jadi, kita mesti kembalikan pada kemauan kita, harus lebih maju lagi, agar kita tidak rusak.
Bagaimana rusaknya Princen Park?. Princen Park tidak pakal kontrol sehingga karenanya sempat dijadikan pusat bajingan, pencopet. pelacur, dan segala apa yang bisa disebut sebagai mafia. Ini dulu, di mana saya turut berjoget, turut joget, dengan di depan saya ada radio (yang ada pesidennya) ada orang perempuannya itu.
Kembali kepada kita di sini, yang tadi ada persoalan, bagaimana bisa mendatangkan konsumen, tidak akan bisa sebelum kita bisa mengetahui di mana dan bagaimana seharusnya pendapatan mereka. Inilah kontrol terhadap kita sendiri, menghilangkan soal-soal yang tadi itu. Jadi mesti kita pikir lagi bagaimana mempertemukan antara konsumen dengan produsen, harus kita olah lagi bagaimana kita membuat programing. Kita harus melihat diri sendiri dalam hal melayani para konsumen. Dengan diplomasi yang baik, dengan pakaian sopan, dll kalau kita tidak memakai cara begini introspeksi, maka kita akan di jenreting seperti halnya pada Seniman Senen pada masa lampau. Nah, di sinilah pentingnya ide pak Suluh tadi, yakni mengetahui perkembangan sejarah Pasar Seni masa lampau itu apakah di Senen, Gambir, Princen Park, Ide Pak Suluh itu bagus, sehingga kita bisa retrospeksi. Jadi, ide Pak Suluh untuk memperbandingkan antara bentuk pasar lama dan sekarang ini, itu merupakan suatu yang baik sekali dan perlu di tanggapi benar-benar. Jika ingin berhasil, kalau perlu harus diteliti secara laboratories, agar segala-galanya menjadi lebih matang dan sempurna. Misalnya dengan sistim percobaan, pertama, kedua ketiga, keempat, dan seterusnya Saya kira ini amat berharga. Sebab apa? Sekarang ini kita baru dalam taraf belajar berjualan, jadi belum sampai pada taraf berdagang. Yang baru bisa kita jual tiap hari, barulah tenaga. Jika demikian terus Qual tenaga) sampai tuek dengkek (tua renta) ya hanya akan seperti inilah kondisi kita. Nah, sekarang bagaimana mencari cara, agar kita sampal tuek dengkek tidak hanya seperti ini saja.
Nah, saya ada ide, bagaimana kita, mulai dari Ancol ini mempersatukan seniman seniman di seluruh Indonesia, supaya kita tidak diperalat oleh pihak-pihak yang bisa merugikan seniman. Dengan adanya persatuan kita bisa mendapatkan tata hukum, semisal PWI. Terus terang, selama ini kita belum memiliki suatu lembaga atau apa yang bisa membela seniman. Jadi, tata hukum itu nanti bisa kita jadikan pegangan kekuatan. dalam berbagai hal atau permasalahan yang timbul di kalangan seniman.
Pada tahun ketiga Pasar Seni ternyata aktifitas tidak cukup banyak. Apa kita ini sudah lemes, apa kita pegel-pegel atau ide kita sudah hilang tak tahulah. Jika kita sering mengadakan pertemuan semacam ini maka kita akan bisa mendapatkan stroom yang baru
Pak Kusnadi
Dalam hal meningkatkan pribadi masing-masing dalam seni supaya gallery ini diproduktifkan dengan
1. Pameran bersama seperti yang sudah terjadi
2. Pameran individualitas dari para seniman dalam seni kerajinan seni kreatif atau seni murni, secara berganti-ganti mengisi galeri ini untuk kemudian kita nilai dan kita kritik secara membangun.
Jadi andai hal ini dilakukan, maka seperti saya lihat kios-kios yang kecil dan berdesak-desak itu saya kira mengurangi nilai. Saya ambil contoh pada saudara INDROS, itu kan sudah cukup karyanya. Kemudian, pengunjung yang memiliki wawasan seni kita minta pendapatnya secara tertulis, pendek saja.