Ya, itu saja. Dan dengan cara kerja seperti itu, penghasilannya pun sesuai
AMRUS
Saya punya pengalaman lain. Ini seorang dokter yang menyenangi lukisan. Dia memanggil saya ke rumahnya. Dia punya lukisan potret diri berikut istrinya. Dokter itu bilang bahwa la tak menyenangi lukisannya. Ketika saya tanyakan apa alasannya, la mengetengahkan pengalamannya ketika berada di Swiss, ada seorang pelukis yang hanya beberapa kali tarik garis, ekspresinya sudah kena. Pokoknya tidak banyak warna Ketika saya tanya tentang harga lukisannya, la mengatakan hanya membayar liga puluh ribu rupiah saja. Nah, inlah satu contoh dari orang yang tidak tanggap terhadap masalah kesenian, bahwa dengan harga tigapuluh ribu mereka menginginkan seperti apa yang mereka lihat di negeri-negeri yang sudah seperti di Swiss itu. Lha kita sendiri di Pasar Seni, tidak ada yang mampu membuat potret yang harga tigaratus ribu. Tidak mudah. Siapakah orangnya yang mau membuat potret dengan harga tigaratus ribu?
Henk Ngantung
Saya kira hal itu bisa tergantung pada si pemesan, dan nama pelukis yang membuat. Nama pelukis dalam hal ini menentukan pula. Misalnya Affandi di suruh melukis potret. Pasti tidak bakal mirip. Brengsek, jelek. Tapi, nama Affandi, yang punya jaminan itu? Bagi orang yang tak mengerti seni mungkin akan... Â kalau saya sih seneng.
Amrus
Jadi pak, sebenarnya masih banyak yang bisa membuat Pasar Seni ini menjadi lebih baik. Kalau saya pribadi, apakah itu nanti namanya Pasar atau Taman, itu merupakan soal kedua. Tapi apakah seniman seniman yang ada di dalam itu mau menjadi pelukis pionir yang baik dalam arti masih bisa berkembang lagi atau tidak Sebab, kalau kita, misalnya biasa membuat lukisan potret yang baik rata-rata dalam satu bulan tujuh lukisan, per buah harganya tigapuluh ribu rupiah. Jika hal ini nanti penghasilan di potong untuk beaya bahan, cat, memberi konsumsi pada tamu yang datang, dan lain-lain, maka akan habis saja itu uang dan tidak ada pemasukan. Tapi jika la bisa menambah frekuensi produksi misalnya menyelesaikan tujuh potret dalam tiga minggu kan masih ada waktu satu minggu untuk berkarya yang lain, ini salah satu cara untuk bisa lebih meningkatkan mutu.
Henk Ngantung
Kalau kita hendak meningkatkan mutu dari para seniman di Pasar Seni, itu tidak harus dengan cara melukis saja. Bisa di capai dengan cara memperluas pengalamannya, pengetahuannya. Pengalaman dan pengetahuan bukan tentang seni lukis saja, tapi tentang banyak aspek yang bisa memperkaya jiwa dan ungkapan estetika ini agaknya yang akan menjadi seniman itu bertambah matang dan dewasa, dan dalam. Kalau mengenal kemahiran melukis, saya kira para pelukis di Pasar Seni Ancol sudah cukup. Sudah bisa melukis potret, lanskap, dll. Kalau dari dalam (segi kejiwaan) tidak ada tambahan/input, maka la akan tetap tinggal begitu saja. Inilah, maka saya rasa betapa pentingnya dialog itu, sehingga kepada kita diperoleh input yang bisa menjadikan diri kita bertambah dewasa dan matang
Amrus
Kalau menurut pikiran subyektif saya, alangkah baiknya untuk meningkatkan mutu ini kita atur dengan semacam program seniman. Ini soal intern, bukan yang sifatnya keluar.