Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasar Seni Ancol, Sarana Peningkatan Perdagangan Seni dan Pengembangan Mutu Kreativitas

14 September 2024   08:56 Diperbarui: 14 September 2024   08:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu kembali yang semula, mohon dijelaskan bagaimana positifnya, dan negatifnya, serta perspektifnya. Pasar Seni Ancol, atau dengan kata lain bahwa Pasar Seni Ancol bisa menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta dan merupakan suatu hasrat bagi masyarakat di luar Jakarta untuk datang ke Ancol di samping masalah-masalah intern itu tadi (yang misalnya dengan menjejer karya senior dengan karya yang masih muda- muda dengan maksud untuk perbandingan, bak segi ketokohan berikut karyanya, agar bisa diketahui segi prosesingnya serta dunia yang melingkupinya, mengingat kita semua ingin menjadi pelukis besar)?.

Henk Ngantung

Dulu saya pernah dengar, yang menempati kios di Pasar Seni itu bergilir. Ini apa benar? Bergilir itu bagaimana ada yang baru apa tidak?

Waluyo

Benar, bergilir. Di sini kita harus melihat fasilitas yang ada di Pasar Seni. Jumlah seniman di Pasar Seni adalah empat kali lipat dari jumlah stand yang ada. Oleh sebab itulah kita harus menggilir mereka, sepuluh hari-sepuluh hari. Tapi juga ada teman-teman yang misalnya, pulang dulu ke Medan, pameran ke mana sehingga haknya bisa kita serahkan kepada teman yang lain untuk menempati kios yang sedianya akan mereka pakai atau seniman baru bisa menggantikan tempatnya. Dengan catatan di seleksi dahulu oleh koordinator.

Henk Ngantung

Memang untuk meningkatkan mutu, di mana saya lihat para penghuninya sudah pada faraf arrived artinya sudah saatnya karena memang sudah bisa menjual seni mereka, peningkatan mutu bisa menjadi lengah. Keasyikan dalam hal bisnis yang sudah bisa mendatangkan uang akan memperlemah niat untuk studi. Studi dalam berbagai hal yang amat luas. Padahal, studi ini amat penting artinya untuk peningkatan mutu. Inilah yang sekarang saya lihat di Pasar Seni Ancol yang seakan-akan mereka itu telah mengenakan baju yang pas benar. Kalau baju itu di permak, lalu malah jadi kacau. Di sinilah maka perlunya dimbangi penampilan perbandingan para senior-senior sebagai perbandingan.

Tapi perlu di lihat di sini bahwa ofset Pasar seni adalah untuk menjual. Jadi masalah mutu, baik atau tidak, tidak perlu tergesa-gesa dijadikan kesimpulan. Perlu dihimpun dalam hal ini dan dicari kebijaksanaan baru dengan tentu saja, dibicarakan lebih jauh lagi, secara bersama-sama. Saya kira pembicaraan menyangkut perihal mutu pemasaran, dll jangan diserahkan atau dipercayakan pada seniman. Karena seniman pada umumnya tidak memiliki kelihaian manajemen, mereka lebih senang berkhayal. Jadi, diperlukan seorang penasehat yang berpikiran realistis.

Jika tadi saya singgung tentang senior-senior di Pasar Seni, itu memang sulit. Karena, mereka itu biasanya telah mempunyai dunia sendiri-sendiri dan mereka telah mempunyai audience serta pasaran yang sudah mapan bagi karya-karyanya. Jika mereka itu kita ajak barangkali mereka akan berpikir kurang perlu atau kurang merasa butuh. Saya percaya, para senioren itu tidak punya dedikasi untuk kerjasama seperti ini. Masa bodo, begitu. Ya, hanya karena perasaan solider sajalah mungkin, yang mengharuskan mereka mau ikut. Sebagai misal adanya saya sendiri. Mungkin kalau tidak ada saudara AMRUS ini yang mengajak, akan maukah saya? Apa yang mesti harus saya ceramahkan di Ancol dan sebagainya dan sebagainya.

Jadi, yang mesti harus kita pikirkan adalah, bagaimana menarik daya penarik bagi para senior senior agar mereka mau secara berkala datang ke Pasar Seni. Misalnya saja. (ini pikiran yang belum matang) di Ancol di buat satu cafe yang bisa menarik minat para seniman sastrawan, dil. Mereka datang ke Ancol tidak untuk berkarya, tapi hanya minum-minum atau ngobrol. Tetapi karena nama para seniman atau sastrawan tersebut sudah di kenal masyarakat dan sering datang ke Ancol, masyarakat pada akhirnya tertarik untuk datang ke Pasar Seni, karena ingin pula melihat keunikannya.

Dus, kita cari dalam hal pengembangan mutu ini dengan cara yang tidak langsung menyentuh profesi kesenimanannya, ini jika kita Ingin mendatangkan para senioren itu tadi mengingat mereka telah mempunyai cara pengembangan pribadi secara sendiri-sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun