Hidup tokoh kita ini sedari mula memang hanya dari seni lukisnya. Makan dari kanvas. Tidak makan juga karena kanvas. Dan pada awal karirnya, ia mengaku pernah hampir tewas karena kelaparan yang melilit. Tapi ia kukuh. Dengan karya-karyanya yang murni keluar dari lubuk jiwanya, ia mencari uang.
"Saya tak mau ngeteng dengan menuruti kehendak orang", katanya. Karenanya, orang yang faham segera saja mentransfer lukisan-lukisannya. Agus Djaya, sahabatnya, mempunyai 200 lukisan pastelnya. Almarhum Adam Malik mempunyai 90 sketsanya. ujarnya.
"Semua itu jadi bayem", Tapi bagaimanapun, kehidupan Sudjojono sekarang termasuk lumayan. Menempati rumah sekaligus studionya di daerah Pasar Minggu Jakarta, ia hidup rukun dengan Rose Pandanwangi, isterinya. Seorang penyanyi seriosa. Wanita Manado ini, juga memberikan les pano Pada masa tuanya, Sudjojono ngebut melukis Dahulu, katana, waktunya banyak tersedot organisasi, kegiatan ilmiah dan hal-hal administratif.
Sudjojono, agaknya masih takut ketinggalan sepur.Â
R. BASOEKI ABDULLAH RA. Bapak Dua Puluh Menit
Raden Basoeki Abdullah, yang tanggal 27 Januari 1985 lalu genap berusia 70 tahun, figur yang bisa menggegerkan. Dengan caranya sendiri, dan dengan prestasi serta prestise yang secara "kontroversial" ia capai, masyarakat Indonesia memang dengan mudah bisa ia guncang. Dan Basoeki Abdullah, bisa memusatkan gerak guncangan itu dari segala lini. "Saya memang bergerak dari bawah untuk atas. Atau dari atas untuk bawah", katanya. Maka ia pun berbuatlah lewat seni lukisnya. Dari situ, kemudian, lahirlah ratusan lukisan lelaki brilyan ini. Dengan gaya sulut dan gelar pesona yang tak ada habisnya untuk dinikmati. Sekaligus dengan harkat dan nilai yang tak selesainya digunjingkan orang.
Semua orang tahu, dialah pelukis senior Indonesia yang paling hidup namanya. Paling populer dan jadi mitos. Dia pulalah pelukis Indonesia yang menempati sisi terdalam di hati masyarakatnya. Hingga, sekali ia tampil, ia seperti menggertak. Sekali Basoeki Abdullah hadir, ia seperti memanggil. Dan masyarakat pecinta seni pun berduyun-duyun datang. Dalam pameran tunggalnya di Taman Ismail Marzuki akhir tahun lalu, 60.000 pengunjung menyimak karyanya. Prestasi baru dalam sejarah pameran di sini
Basoeki Abdullah, akhirnya harus disebut sebagai figur kharismatik. Akan hal itu, ada satu perbandingan yang bisa dibicarakan secara menarik. Ketebalan kharisma Basoeki Abdullah, selayak kekuatan sorot jiwa seorang Rendra. Dua manusia ini memiliki ketegaran yang sama, walau barangkali berdiri pada kursi yang berbeda. Mereka adalah figur seni yang berhasil memikat publik untuk menonton dan memberikan tepuk tangan tak berkesudahan. Meski untuk semua itu publik harus membayar, misalnya. Rendra mengawali menonton acara puisi dengan tiket. Basoeki Abdullah memulai acara menonton pameran dengan karcis. Dan semuanya menghasilkan keplok gemuruh.
Pada bagian lain, apabila Rendra berhasil memancing reaksi banyak pejabat atas syair-syair pamfletnya, Basoeki Abdullah mampu mengundang orang-orang teras untuk berdiri lebih dekat dan mengapresiasi karya- karyanya. Dalam acara pamerannya di Hotel Hilton bulan Juni tahun lalu misalnya, setiap malam terjadi acara pertemuan dalam cocktail, antara pejabat pemerintah dan pengusaha di ruang pagelaran. Pengusaha Sudwikatmono menjamu kerabat Wapres Umar Wirahadikusumah. Pengusaha Boy Jayanegara, Setiawan Jodi, Soelarto dan Soedjono Respati, mengundang Emil Salim, Ginanjar Kartasasmita, Sri Sultan Hamengku Buwono serta Nani Sudarsono.
Kharisma sosok dan lukisan-lukisan Basoeki Abdullah, agaknya harus dilatih dengan kacamata tersendiri. Pergulatannya untuk terlibat dengan orang-orang teras, seperti melanjutkan upayanya untuk lebih dekat dengan orang-orang nomor satu di banyak negara, yang telah berpuluh tahun dirintisnya itu. Dari raja Muangthai Bhumibol Adulyadej dan Ratu Mon Ratchawong Sirikit, sampai Michael E. deBakey, itu ahli cangkok jantung kesohor Amerika. Dari Bung Karno, pak Harto sampai keluarga Marcos.
Upaya itu dibuka lewat potensinya yang tinggi dalam lukisan potret Kejelian matanya dan kepekaan rasa dan jiwanya dalam menangkap setiap karakter tokoh yang dilukiskan adalah satu hal yang membuat martabatnya segera naik. Dan diakui di mana-mana. Sampai-sampai seorang pencinta lukisan-lukisannya berucap tangan Basoeki menyimpan keterampilan malaikat!