Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tiga Warna Seni Rupa Indonesia - Seniman Itu Seksi

7 September 2024   16:30 Diperbarui: 7 September 2024   18:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dan Artikel dari katalog Pameran Tiga Warna Seni Rupa Indonesia di Galeri Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol Jakarta thn 1985 dariInput sumber ga

Misalnya saja, ia pernah melukis seorang gelandangan yang mencari puntung dengan mengendarai sepeda Sementara tangan kanan

gelandangan itu gesit memainkan jepit puntung, tangan kirinya crat memegang payung pengayoman. Sementara itu pula, lihatlah, kepalanya santai menyunggi botol. Di atas botol terdapat talam. Di atas talam nampak wanita gemerlap sedang berpesta pora Sepeda gelandangan itu, lalu nampak berjalan gontai.

Akrobat sosial Ya. Dan di dalam lukisan itu tertulis puisi atau tulisan "Ah, indahnya negeriku. Langitnya cerah, lautnya biru. Carilah puisi sambil merokok. Orang bisa menikmatinya di botolku. Siapa yang

Dosa Hawa aku' Senyap dalam segala cuaca" Karya-karya Sudjojono umumnya enak dilihat. Ini bukan hanya karena isi lukisannya yang sarat kritik dan humor itu. Tapi juga karena jelmaan Ichniknya yang cukup tinggi, kasar dan terarah. Dengan sapuan-sapuan kuasnya yang liar.

Gerak batin Sudjojono tahun 1980 an adalah refleksi jiwanya yang progresif, yang muncul 50 tahun lalu.

Tahun 1937, ia mendirikan Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) di Jakarta. Sebuah organisasi seniman gambar yang punya tujuan membentuk citra seni rupa nasionalistik, dengan keterlibatan total kepada perjuangan bangsa. Dalam organisasi penting ini ia duduk sebagai juru bicara dan sekretarisnya. Sementara Agus Djaya sebagai ketuanya.

Kenapa sebagai juru bicara, sejarah dengan mudah maklum la memang fasih menggerakkan lidah dan penanya. Otaknya lincah. Pikirannya pandai berkelit. Dan pengetahuannya banyak. Ucapan-ucapannya, lewat pilihan katanya yang unik dan mantap sangat sugestif dan mudah mempengaruhi orang. Sebuah brosurnya yang sangat terkenal berjudul, "Kami tahu, Kemana Seni Lukis Indonesia Hendak Kami Bawa"

Tak banyak memang manusia yang selain menyimpan keterampilan melukis, juga mencekal kepandaian menulis serta berbicara seperti Sudjojono ini. Dengan gaya tulis dan bicara yang gegap gempita.

Sudjojono, yang mulai belajar melukis pada Chioyi Yasaki, memiliki banyak karya monumental. Di antaranya ialah "Seko" lukisan perjuangannya. Juga lukisan raksasanya (3 kali 10 meter), "Pertempuran Sultan Agung melawan Jan Pieterszoon Coen Lukisan ini pesanan Gubernur Ali Sadikin, untuk kota Jakarta.

Kegemaran Sudjojono untuk terus melukis, dan menggemari melukis, nampaknya perlu diteliti. Mengapa?

"Ya, pertama karena saya senang, sehingga pekerjaan itu tak menjadi beban. Kedua karena saya bisa. Dan hanya itu kebiasaan saya, hingga saya merasa mesti menolak pekerjaan lain. Ketiga karena pekerjaan melukis saya anggap gampang Gampang dalam arti, saya tahu betul seluk beluknya, hingga semua bisa berjalan lempeng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun