Mohon tunggu...
Ipmawan
Ipmawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tak perlu kita berjibaku mempertahankan fakta yang kita lontarkan, itulah kelebihan FIKSI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Intrik sebuah KTM

16 Januari 2011   16:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:30 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12951938941989225143

****************************************

Setelah terpilih sebagai Ketua MPR yang baru, Anton selalu termenung, bagaimana bisa tokoh sehebat Topik bisa tumbang hanya dengan sebuah surat Drop Out dari Rektor. Perjuangan kedepan dirasakan semakin sulit. Ini tak bisa dibiarkan, jika ini terus terjadi, tak akan ada lagi yang namanya aktivis, dan tak akan ada lagi perjuangan membela rakyat. Ia sadar harus membuat penyelamatan.

Ia harus mengikuti ujian kali ini.

Keputusan pertama Anton sebagai Ketua MPR adalah menghentikan semua agenda demonstrasi selama ujian berlangsung. Keputusan baru selalu mengandung pro dan kontra, tetapi ia ingat nasehat seniornya, “kita bukan keledai, kita mahasiswa, tak boleh jatuh pada lobang yang sama.”

Buku-buku kuliah, sekarang rajin ia buka kembali. Ia tak peduli lagi dengan liberalisme dan kapitalisme yang disusupkan kedalam buku-buku yang ia baca. Di pikirannya hanya bagaimana agar ia bisa lulus ujian dan melanjutkan kembali perjuangan.

****************************************

Anton duduk di deretan paling depan, menghadapi soal-soal ujian. Beberapa menit setelah ujian berlangsung, utusan rektorat memasuki ruangan ujian. Berbisik-bisik dengan pengawas ujian.

“Pak, pengawas, ini ada instruksi langsung dari Rektor, semua mahasiswa tanpa KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) atau tanda pengenal lain dilarang ikut ujian”

“Bagaimana bisa mendadak begini, pak? Ini belum diumumkan, tak bisa diberlakukan begitu saja”

“Ini instruksi langsung dari rektor pak, siapa yang tidak melaksanakannya bisa bahaya, keluar dari kampus ini”

“Akh, tak bisa. Bagaimana pak rektor seceroboh ini. Bagaimana nanti jika ada gelombang demo besar-besaran”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun