Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Vaksinasi Tak Dapat Berdiri Sendiri Menanggulangi Pandemi Covid-19

13 April 2021   01:54 Diperbarui: 27 April 2021   12:39 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Varian asal Inggris B.1.1.7 telah menginfeksi total 209.492 orang. Varian B.1.351 asal Afrika Selatan 600 orang. Varian P.2 asal Brazil 59 orang. Dst. Data kasus positif global masih perlu ditambahkan. 

Sumber: gov.uk
Sumber: gov.uk
Well, sejauh yang dapat saya ketahui, orang umumnya mengira bahwa setelah mereka menerima vaksinasi, mereka akan otomatis kebal terhadap infeksi virus corona. Padahal, kenyataannya sama sekali tidak demikian.

Paling jauh, yang kita dapat harapkan dari vaksinasi bukanlah penularan akan otomatis terhenti, melainkan penyakit Covid-19 dengan gejala berat, yang umumnya berakibat kematian, dapat dicegah atau dikurangi dengan signifikan. Syukur jika vaksin China Sinovac dan vaksin Oxford-AstraZeneca yang sedang digunakan di Indonesia dapat efektif seperti itu, minimal.

Pendistribusian yang tak adil

Patut dicatat, pandemi Covid-19 juga tak akan dapat cepat ditanggulangi jika vaksin-vaksin tidak didistribusikan dengan adil sedunia, tetapi dikuasai sejumlah kecil negara-negara terkaya dunia, khususnya Amerika dan Inggris. 

Ketimbang memperjuangkan keadilan dalam pendistribusian vaksin-vaksin, dua negara kaya ini mengedepankan apa yang oleh Deutsche Welle  dinamakan "nasionalisme vaksin".

Menurut data Bloomberg Vaccine Tracker, pada 8 April 2021 sejumlah 40% dari vaksin-vaksin Covid-19 yang sudah tersedia untuk digunakan dunia dikuasai 27 negara kaya yang merupakan 11% populasi dunia. Sedangkan negara-negara termiskin dunia, yakni sebesar 11% populasi dunia, baru mendapatkan dan menggunakan 1,6% vaksin-vaksin Covid-19.

Dengan kata lain, negara-negara yang memiliki pendapatan tertinggi di dunia menjalankan vaksinasi 25 kali lebih cepat dibandingkan yang dilakukan negara-negara yang berpenghasilan terendah.

Menurut WHO, saat ini ada 670 juta dosis vaksin-vaksin yang sudah diluncurkan dan digunakan dalam tingkat global. Menurut basis data Bloomberg, kini telah ada 781.496.115 juta dosis vaksin-vaksin yang telah dikirim dan sedang digunakan di 154 negara. Masalahnya, bagian terbesar dari vaksin-vaksin ini telah dijual ke negara-negara kaya dunia.

Menurut WHO, kasus-kasus positif terus meningkat lantaran vaksin-vaksin juga masih langka tersedia, dan kondisi ini berdampak paling buruk bagi negara-negara yang sedang berkembang yang tidak bisa menjalankan program vaksinasi bagi penduduk mereka. Pendistribusian vaksin-vaksin dengan adil tak dapat ditunda-tunda lagi. Tapi, pihak otoritas mana yang bisa menjadi sang wasit?

Manfaat vaksin-vaksin paling banyak diperoleh oleh negara-negara kaya yang memborong vaksin-vaksin. Inggris, misalnya, lewat program dan gerakan vaksinasi nasional telah berhasil mengurangi jumlah kematian karena Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun